Nick membuka pintu apartemen dengan wajah lelah, hari ini ia pulang saat hari sudah mulai gelap. Ia langsung berjalan menuju kamarnya namun langkahnya terhenti saat mendengar suara tawa dari kamar lain.
Nick memutuskan meletakkan tas kerjanya sejenak dan berjalan menuju kamar sumber suara itu.
Tanpa sadar Nick tersenyum di pintu kamar melihat Diara yang sibuk berbicara pada Ghiana yang berada di ayunan bayi, wanita itu kadang tertawa sendiri karena melihat wajah baby Ghiana yang terus memperhatikannya.
"Ehm, kamu sudah beli semuanya?" tanya Nick berjalan masuk setelah beberapa lama hanya diam-diam memperhatikan.
"Eh, Mas Nick baru pulang?"
Nick hanya mengangkat alisnya sekilas dan berdiri di sisi lain ayunan memperhatikan baby Ghiana sambil berpangku tangan.
Diara berdiri dari posisi duduknya untuk mengambil sesuatu, dengan sopan dia memberikan kartu kredit yang Nick berikan tadi pagi kembali, "saya sudah beli semuanya dan saya rasa sudah lengkap, saya juga belikan tambahan pakaian dan keperluan lain."
"Kamu pegang saja, jadi jika ada kepentingan lain kamu tinggal pakai tanpa perlu bicara sama saya." tolak Nick dengan santai.
Diara memandang kartu kredit di tangannya lagi, "hm.., baiklah kalau begitu mas."
Nick berniat pergi lagi dari kamar itu, namun saat itu Diara tersadar dan menghentikan langkah pria yang masih mengenakan kemeja dan dasi itu, "mas mau saya siapkan makan malamnya sekarang?"
"Siapkanlah jika anak itu mengizinkannya kamu untuk melakukannya, tapi jika dia tidak mau kamu tinggal, saya bisa siapkan sendiri."
Diara menggeleng cepat, "biar saya mas, baby Ghi lagi anteng kok."
Nick hanya mengangguk dan pergi begitu saja.
*
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Nick berjalan menuju balkon untuk merasakan udara lepas, ia berpangku tangan menatap langit lepas dengan tatapan kosong, sekilas terdengar helaan napas keras dari arahnya.
Tangan Nick menarik dasinya agar longgar dan membuka beberapa kancing kemeja atasnya lalu menyisir rambutnya kebelakang dengan jari jemarinya. Untuk saat ini wajah Nick terlihat sangat gusar.
"Bayi itu, tidak mungkin selamanya ada padaku, apa yang sebenarnya dia pikirkan?" gumam Nick geram dengan tangan mengepal ingin memukul sesuatu.
Pria itu kini mengambil ponsel yang ada di saku celananya, ia membuat sebuah panggilan dengan wajah hampa, karena ia tahu orang yang ia telpon tidak akan mengangkat panggilannya.
Namun beberapa saat berdering, panggilan itu diangkat yang membuat Nick kaget bukan main.
"Halo.., sayaangg, kamu merindukanku?" terdengar jawaban dari seberang.
"Tania!? Apa yang kamu lakukan? Apa maksudmu meletakkan bayi itu di apartemenku hah!?" Nick langsung emosi dan bertanya dengan menggebu-gebu.
"Hahahahahahah!! Tentang anak itu, aku cuma mau pastikan dia tumbuh dengan baik bersama ayahnya, kamu sayaaaaang."
"Kamu gila? Kamu bicara apa hah!? Ambil anak itu lagi, aku tidak bisa menampungnya terlalu lama!"
"Nick, my handsome boy, i miss you so hard..., bahkan aku setiap hari menangis merindukanmu tapi aku tidak berani bertemu denganmu. Hidupku sangat sulit baby.." dan tiba-tiba suara wanita itu melunak dan terdengar menangis.
Nick mengerutkan dahinya mendegar ucapan Tania, "Tania, kamu sedang mabuk ya?"
"Nick! Aku ga bisa hidup tanpa kamu, kenapa kamu pergi ninggalin aku? Nick!! Makin hari aku makin ingin milikin kamu seutuhnya, kenapa kamu buat aku seperti ini!? Aku gila karena kamu sayang!"
Nick menghembuskan napas keras karena bercampur dengan emosi, "kamu sudah hilang akal! Dimana kamu sekarang!? Dengan siapa?"
"Kamu mengkhawatirkanku? HAHAHAH!! Kamu hanya bersikap iba pada jalang sepertiku kan? Aku berada disini sendiri di tempat orang-orang tak akan menemukanku dengan bayangan wajah tampanmu di hati dan otakku, sayang."
"TANIA!!" bentak Nick sudah sangat kesal mendengar racauan gila wanita itu.
"Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan, tapi setidaknya anak itu sudah ada bersamamu dan aku tenang. Setidaknya ada bagian diriku ada di dekatmu. Hari makin hari aku menggila, aku sedang menunggu titik akhir dari segalanya."
"Kamu benar-benar tidak waras, berhenti untuk minum!" Nick sangat kesal sampai ingin rasanya menemui Tania detik ini juga tapi tidak tahu dimana.
"Baiklah sayang, aku akan tidur dengan tenang malam ini karena telah mendengar suara indahmu, jika aku mati nanti, percayalah di akhir napaspun aku masih mencintaimu sayang." ujar Tania dan akhirnya panggilang tersebut berakhir begitu saja.
"Tania!!!" teriak Nick namun tidak berguna karena panggilan sudah berakhir, dan saat Nick coba menghubungi lagi, nomor itu sudah tidak aktif.
Nick masuk kembali ke kamar dengan rasa kesal yang rasanya sudah sampai ubun-ubun, ia membanting ponselnya ke atas ranjang sambil menggeram. Kini ia duduk di sudut ranjang sambil meremas rambutnya sendiri, "dia sudah gila, apa yang sebenarnya dia pikirkan!?"
Kini pria itu menatap langit-langit kamar dengan wajah yang tampak berpikir, "aku harus cari Tania, aku harus bertemu dengannya."
Disaat Nick sedang pusing itu, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Mas? Saya sudah siapkan semuanya. Saya kembali jaga baby Ghiana ya?"
Nick menghembuskan napas panjang, "iya." dan menjawab ucapan Diara.
Diara yang ada diluar kaget mendengar jawaban dari dalam kamar, "eh tumben dijawab?? Biasanya diam diam ajaa." gumam Diara sambil garuk kepala.
Namun Diara tidak bisa berlama-lama, ia langsung berlari karena mendengar suara baby Ghiana.
*
Nick makan malam sendirian dengan sangat lesu, pikirannya masih dipenuhi oleh pembicaraannya dengan Tania tadi. Nick tahu kalau Tania pasti dalam keadaan mabuk karena dia mau mengangkat telpon dan bicara sesuka hatinya, tapi tetap saja ini menjadi bahan pemikiran bagi Nick.
Dimana Tania sekarang, apa yang dia lakukan dan apa yang akan dilakukannya, semuanya berputar di kepala pria yang mengenakan piyama tidur itu.
"Ouh, belum selesai makannya mas?" ujar Diara yang datang berencana membereskan setelah Nick makan malam. Rasanya Nick mulai makan malam sejak tadi.
"Saya bisa bereskan sendiri, kamu urus anak itu saja."
Diara terkejut dengan jawaban Nick, terlebih wajahnya seperti orang yang frustrasi.
"Baiklah mas," Diara tidak berani menjawab dan bergerak dapur saja. Ia memang berniat membuatkan s**u untuk baby Ghiana.
Diam-diam Nick memperhatikan Diara yang sedang membuatkan s**u untuk Ghiana dari posisinya yang masih di meja makan.
"Kamu sudah bisa tangani semua tentang anak itu?" Nick bertanya dengan suara rendah.
Diara menoleh dan tersenyum, "walau belum begitu baik tapi saya coba aja mas, semoga saja makin hari saya terbiasa dan semakin baik ngurus baby Ghi nya."
"Apa kamu tidak keberatan tiba-tiba harus mengurus anak kecil?"
"Nggak kok mas, malah saya senang. Baby Ghiana itu cantik dan menggemaskan, semakin saya sibuk karena dia, saya ngerasa senang, lihat senyum dia aja rasanya udah bahagia."
Nick menghela napas sambil bersandar ke bahu kursi, "perasaan seperti ibu ya? Apa ibu kandungnya tak ingin merasakan itu?" gumam Nick pelan dan melamun.
Walaupun bergumam, Diara bisa menangkap apa yang baru saja Nick katakan.
"Tenang saja, saya akan kembalikan anak itu ke ibunya lagi."
Diara terkejut mendengar ucapan Nick dan langsung berjalan ke hadapan bosnya itu.
"Maksudnya mas??