"Udah?" tanya Diara melihat Sasha meletakkan plastik terakhir di hadapannya lalu menjatuhkan diri di atas sofa dengan wajah lelah.
"Udah, itu yang terakhir. Gila lo Di, capek gua sendiri naik turun bawa barang," kesal Sasha karen ia harus bolak balik membawa barang karena Diara tak mengizinkannya menyuruh siapapun membantu membawa barang ke apartemen ini.
"Ya maaf Sha, gua cuma waspada dan hati-hati aja. Takut nanti pada penasaran aja kenapa lo bawa barang bayi ke apartemen Mas Nick."
Sasha hanya memutar bola mata malas dan kini perhatiannya beralih ke sekitar apartemen, "bagus ya apartemennya, kerasa banget aura konglomeratnya."
Diara mengangguk dan ikut memperhatikan, "gua awal kesini pelanga pelongo kayak orang kampung saking kagumnya."
"Jadi mana bayinya? Liat dong gua," pinta Sasha karena belum melihat kehadiran bayi sama sekali.
"Ada tuh di kamar, ayo masuk sekalian kita pasangin ayunan dan susun barangnya." ajak Diara sambil menarik tangan Sasha untuk ikut dengannya.
"Lo yang ngerjain, gua mah capek, cuma pengen liat baby nya aja." Sasha memperingatkan.
"Iya iyaaaaa."
Dan mereka pun kini masuk ke dalam kamar dimana ada Ghiana yang ternyata sudah bangun dari tidurnya. Selagi baby Ghiana tidak rewel, Diara mulai memasang dan merapikan ayunan di kamar itu untuk si kecil.
"Cantik ya Di bayinya." ujar Sasha memperhatikan baby Ghiana.
"Iya, makanya gua juga makin semangat jagainnya." jawab Diara tanpa berhenti mengerjakan ayunan.
"Namanya siapa?"
"Ghiana, Ghiana Felisha Bintang. Lo janji ya Sha, jangan beritahu hal ini ke siapapun. Ini rahasia banget banget bangeeettt. Kalau bocor nanti bos gua bisa ngamuk ke gua," Diara memperingatkan lagi entah sudah untuk yang ke berapa kali pada Sasha.
"Iya iyaa, kayak yang ga percaya aja lo sama gua. Jadi ini anak dari bos lo?"
Diara diam sejenak sambil berpikir, "mungkin sih, karena kenapa coba mendadak seorang ibu ninggalin anaknya gitu aja di tempat seorang laki-laki?"
"Ya minta pertanggung jawaban kali,"
"Tapi gua ga tahu pasti karena bos gua gak pernah bilang kalau baby Ghiana yang cantik ini emang anak dia. Bayangin aja, dia selalu ngomong pake istilah 'anak itu' ke Ghiana." Diara menjelaskan tentang apa yang ia rasakan dan buatnya janggal.
"Terus yang ngasih nama anak ini siapa? Bukan bos lo? Atau lo sendiri yang kasih nama?"
Diara menggeleng, "udah nama bawaan dia, gua lihat di barangnya."
"Ouh gitu, mungkin karena bos lo emang ga mau akui anaknya kali. Buktinya ibu dari Ghiana kasih ke bos lo anak ini diam-diam dan pergi gitu aja. Kalau emang bos lo ngakuin anak ini baik-baik, pasti ga begini ceritanya."
"Iya juga sih." Diara merasa ucapan Sasha masuk akal.
"Ngomong-ngomong nama bos lo siapa tadi?"
"Mas Nick, Nickolas Valiga Zayn, dia itu putra satu-satunya Pak Adrian."
"Mas Nick?" gumam Sasha seperti berpikir namun kembali bermain dengan Ghiana.
"Tahu nggak Sha, malam itu waktu tahu ada baby Ghiana disini, Mas Nick langsung mau buang Ghiana ke panti karena dia ga mau sama kehadiran bayi ini, gua udah coba larang tapi dianya gak mau denger. Tapi pas kita udah di depan panti dia mendadak berubah pikiran dan bawa baby Ghi pulang lagi." Diara bercerita karena ia tidak mau tahu sendiri dan butuh teman cerita, lagipula ia sudah sangat dekat dengan Sasha.
"Mungkin mendadak jiwa kasih sayang orang tuanya muncul. Lagian kan kasian Di, baby nya udah di buang sama ibunya, masa ayahnya juga letak in dia di panti. Padahal kan ayahnya serba berkecukupan seperti ini."
Diara mengangguk saja, "gua ga habis pikir kenapa ada orang yang cuma berani berbuat tapi ga bisa tanggung jawab. Kalau udah begini kan baby nya ga tahu apa-apa dan mesti tanggung semuanya."
"Kita nggak ngerti pola pikir orang kaya Di. Kita mah orang biasa-biasa aja cuma berusaha berpikir gimana bertahan hidup dari hari ke hari dan sebisa mungkin ga bikin masalah lagi karena hidup udah sulit."
Diara menatap Sasha dan terkekeh, "bener apa yang lo bilang Sha."
"Jadi kerjaan lo nambah nih Di, jadi babysitter juga?"
Diara tertawa lalu ikut duduk di sekitaran Ghiana yang memperhatikan mereka berdua, "iya, setidaknya gua nggak ngerasa cuma makan gaji buta. Walaupun Pak Adrian ga tahu sama sekali tentang ini."
"Terus lo jagain Ghiana disini? Tinggal disini lo?"
"Kayaknya gitu deh, Mas Nick ga biarin gua bawa Ghiana ke apartemen gua. Guanya aja yang bolak balik ke apartemen gua kalau ada perlu."
"Kenapa nggak pindah sekalian aja? Ngapain lo bolak balik? Bos lo juga udah nyuruh kan?"
Gadis berbaju kaos abu-abu itu menggaruk tengkuknya sekilas, "hm gua ga enak aja Sha. Masa gua harus tinggal disini? Walaupun Mas Nick itu bos gua, tapi kan tetap aja dia laki-laki dan gua ngerasa canggung."
"Pasti ganteng ya Di?" tanya Sasha penasaran, bahkan kini ia mengangkat-angkat alisnya entah dengan maksud apa.
Diara tanpa sadar tersenyum, "lo kalau lihat nih Sha, beuuh pasti ga bisa ngomong deh, Mas Nick itu orangnya ganteng banget dan poin utama yang mencolok dari dia adalah dia punya bahu yang lebar banget."
Mendengar itu membuat Sasha ikut tersenyum, "seorang Diara mengakui kegantengan pria? Ini pasti ga main-main nih."
Mereka saling tertawa satu sama lain, "iya Sha. Tapi sayang aja..."
"Sayang apa?"
"Sifatnya kaku banget dan dia udah punya anak," Diara menambahkan sambil memasang wajah kecewa dan geleng-geleng kepala.
Sasha tertawa lalu bergerak coba menggendong Ghiana, "iya ya Di, sayangnya dia udah punya anak, mana anaknya cantik banget. Pasti ibunya juga cantik."
Diara terdiam sambil kini memperjatikan Sasha yang tengah menimang-nimang baby Ghiana.
"Menurut lo ibu dari Ghiana bakal datang buat ketemu Ghiana dan Mas Nick nggak?" Diara bertanya dengan wajah serius pada Sasha.
Sasha menarik napas dalam dan coba berpikir, "kalau memang dia ga kembali, mungkin Mas Nick yang bakal nyariin cewek itu. Gua rasa dia ga bakal biarin ibu dari Ghiana pergi gitu aja ninggalin Ghiana padanya."
"Apa iya??"
"Memangnya kenapa? Lo ga mau Ghiana ketemu lagi sama ibunya?"
Dengan cepat Diara menggeleng mendengar pertanyaan Sasha, "bukan gitu. Gua mesti seneng dong kalau baby Ghi kembali pada orang tua yang seharusnya dan lengkap lalu hidup seperti seharusnya."
"Lalu?"
Diara tersenyum kecil, "gua harap yang terbaik aja untuk baby Ghiana. Kasihan dia."
"Tapi baby Ghiana beruntung ada lo yang peduli dan perhatiin dia walaupun bukan ibu kandungnya. Gua yakin alasan Mas Nick ga jadi tinggalin Ghiana di panti asuhan juga karena lo yang peduli sama anak ini."
Diara menghela napas panjang dan tersenyum, "gua cuma ga ingin ada anak-anak yang terlantar Sha. Gua aja yang sempat diberi kasih sayang sama orang tua kandung aja masih ngerasa sedih saat bapak gua mutusin pergi gitu aja. Walaupun ada ibu yang begitu sayang sama gua, tapi tetap aja ada rasa kecewa. Apalagi jika dewasa nanti Ghiana menyadari dirinya tidak diinginkan siapapun bahkan orang tua kandung sendiri? Pasti sedih sekali."
Sasha tersenyum dan mengecup pipi Ghiana gemas, "beruntung kamu ketemu mama Diara sayang."
Mendengar itu Diara langsung terbahak, "mama Diara? Gua malu dengarnya Sha."
"Untuk sekarang lo yang jadi mamanya kan Di? Setidaknya dia ngerasa dia memang punya orang tua yang sayang dan peduli sama dia."
"Sha, lo laper nggak? Gua bikinin makan ya?"