Sembilan

1255 Kata
Nick yang tengah tertidur lelap di kamarnya terbangun karena mendengar suara tangis yang samar-samar, untuk sesaat dia merasa kaget hingga akhirnya ia tersadar bahwa malam ini apartemennya tidak hanya ditinggali dirinya sendiri, tapi ada seorang bayi dan pengasuhnya juga, Diara. Pria berhidung mancung itu kembali menutup matanya untuk kembali tidur, namun suara tangis kembali terdengar yang membuatnya terganggu, walau samar-samar tapi Nick sangat sensitif dengan suara. Ia memutuskan bangun, sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya, Nick berjalan keluar menuju kamar dimana Diara dan Ghiana berada. "Kenapa dengan dia?" tanya Nick masuk ke kamar dan melihat Diara yang tengah duduk sambil menggendong Ghiana yang tengah menangis dan coba menenangkan. "Eh, mas?" Diara terperanjat karena kehadiran Nick yang tiba-tiba. "Kalian baik-baik saja?" "Baby Ghi rewel sekali, mas. Saya nggak tahu kenapa, mungkin karena ini kali pertama ia berpisah dengan ibunya." Nick hanya diam menatap Diara yang kini berdiri dan Ghiana sepertinya mulai tenang. "Dia tidak mau tidur?" "Kalau saya gendongnya sambil berdiri dia bakal tenang dan tidur. Tapi kalau saya duduk atau letakkan dia akan menangis lagi." jelas Diara sambil memperhatikan Ghiana yang perlahan ingin menutup mata. Nick melirik jam yang menunjukkan lewat jam dua malam, ia beralih melihat Diara yang tampaknya sangat kelelahan, dia tampak meringis kecil karena tangannya yang sangat pegal. Nick tidak bisa bayangkan kalau sedari tadi Diara terus menggendong bayi itu, terlebih ia baru saja mencoba merawat bayi, dia belum terbiasa. "Mas pasti terganggu ya sampai kebangun? Kalau gitu saya bawa baby Ghiana nya ke tempat saya saja biar tidak mengganggu." Diara niat izin namun Nick langsung menjawab dengan gelengan. "Coba bayinya kamu letakkan lagi." suruh Nick pada Diara. "Eh nggak bisa mas, nanti dianya bangun dan nangis lagi. Mending sekarang mas tidur lagi aja, mas pasti lelah dan butuh istirahat karena besok akan ke kantor. Kalau nanti baby Ghi nya masih nangis saya bawa ke apartemen saya saja." "Mana bayinya? Kasih saya," Nick bergerak mendenkati Diara dan langsung mengambil Ghiana dari gendongan Diara. "Eh?" Diara kaget dengan apa yang Nick lakukan, pria yang memakai kaos oblong putih dan celana pendek itu kini menggendong Ghiana. "Biar saya pegang sebentar, kamu coba istirahat sebentar. Cara kamu menggendongnya tampak sudah sangat tidak nyaman." Nick berjalan membawa Ghiana keluar begitu saja meninggalkan Diara yang menganga. "Aargh, tanganku serasa sudah mati rasa," Diara menghela napas sambil memijat tangannya yang sangat pegal karena dari tadi terus menggendong Ghiana dan tidak sempat tidur sedikitpun. Pekerjaan menjaga bayi memanglah tidak mudah. "Aku akan tidur sebentar, sebentar saja, sekitar sepuluh menit." Diara langsung menjatuhkan tubuhnya yang lelah luar biasa ke atas ranjang dan matanya langsung terkatup rapat. * "Tania benar-benar keterlaluan meninggalkan anak seperti ini, bagaimanapun dia tidak bisa berlaku seperti ini." gumam Nick kesal setelah berhasil membuat Ghiana terlelap di gendongannya. Pria itu berjalan kembali ke kamar untuk mengembalikan Ghiana ke Diara karena matanya juga ikut mengantuk, tapi saat ia masuk, ia mendapati Diara tertidur dengan sangat nyenyak. "Hei?" Nick mencoba membangunkan Diara dengan memanggilnya namun wanita itu tak bergeming sama sekali. "Diara? Hei, apa aku bisa kembalikan bayi ini?" tanya Nick lagi namun Diara masih diam saja, yang bergerak malahan bayi yang ada digendongannya. Nick menghembuskan napas lelah sambil coba menenangkan Ghiana lagi, "apa dia selelah itu?" Nick memutuskan untuk tidak lagi coba membangunkan Diara, tapi ia kembali ke kamarnya sendiri dengan membawa Ghiana juga. "Jangan rewel, kita sama-sama mengantuk, jadi sebaiknya kita tidur saja." ujar Nick pada Ghiana sambil meletakkan bayi itu di atas ranjang miliknya dan ikut berbaring. * Diara menggeliat meregangkan badannya yang terasa mendingan, ia manarik napas dalam dan semakin menutup matanya sambil menarik selimut agar bisa tidur dengan lebih nyaman, namun baru beberapa detik ia langsung duduk dengan mata terbuka lebar. "Astaga!! Sudah berapa lama aku tidur!?" Diara langsung melihat jam yang menunjukkan jam 5 pagi. "Ghiana? Dimana dia? Mas Nick??? Ya ampun, kenapa aku malah tidur?" Diara langsung bangun dan berdiri mencari dimana baby Ghi sekarang. "Dimana ya? Kok nggak keliatan? Apa dibawa Mas Nick ke kamarnya?" tanya Diara bingung dan menatap pintu kamar Nick yang tertutup rapat. Diara menggaruk kepalanya bingung karena ragu, ia ingin memastikan keberadaan Ghiana, tapi Nick melarangnya masuk ke kamarnya, "hm.., masuk saja, anggap saja ini sebagai situasi darurat." Gadis itu mengikat ulang rambutnya dan memegang engsel pintu kamar Nick dengan gugup, namun akhirnya ia tetap masuk ke dalam kamar itu. Diara tak bisa menahan senyum melihat pemandangan yang tersaji di depannya, Ghiana tertidur dengan Nick yang juga terlelap disebelahnya. Pemandangan yang terlihat sangat manis menurut Ghiana. "Mas Nick keliatan seperti hot daddy banget. Sayang sekali aku tidak bawa handphone untuk mengabadikan momennya. Tidur aja ganteng parah," Diara terkekeh pelan menikmati pemandangan di depannya, namun pergerakan Ghiana membuat Diara langsung bergerak mengambil bayi itu agar tetap tenang dan tidak menangis. "Ssssttt sayang, jangan nangis, nanti daddy Nick nya bangun. Kita keluar ya? Kamu pasti lapar kan?" Diara tersenyum dan dengan cepat membawa Ghiana keluar dari kamar tersebut. Tepat saat pintu kamar tertutup, mata Nick terbuka sambil menghela napas pendek, "hot daddy? Daddy Nick? Apa yang ia bicarakan?." Nick kembali menutup matanya dan kembali tidur, ia masih perlu tidur dengan tenang untuk beberapa saat lagi sebelum ia bersiap-siap untuk ke kantor. * "Cuma menggendongnya sebentar, tapi pegalnya masih terasa sampai sekarang." ujar Nick pelan didepan cermin mengusap sekilas bahunya dan kembali merapikan kemeja yang ia pakai. "Bagaimana dengan Diara? Dia mengurusnya semalaman," Nick teringat Diara, tapi rasanya agak lega karena ia bisa membantu mengurus Ghiana walapun sebentar agar wanita itu bisa istirahat sejenak. Setelah selesai, Nick pun berjalan keluar untuk sarapan, ia terkejut karena sarapannya juga telah tersedia, ia pikir Diara tidak akan sempat melakukannya. "Maaf ya mas, tadi malam saya ketiduran." Diara tiba-tiba muncul di depak Nick yang baru saja duduk di meja makan. Nick menutupi keterkejutannya dengan berdehem, "dimana bayi itu?" "Di kamar mas, lagi main-main sendiri." "Kamu sudah sarapan? Sarapanlah selagi dia tidak rewel." ujar Nick kini mulai mengambil potongan roti yang Diara siapkan. "Udah mas, tadi sambil jagain baby Ghi. Oh iya mas, saya mau ngomongin sesuatu, apa boleh?" tanya Diara hati-hati takut Nick sedang malas atau bergegas hendak ke kantor. "Apa? Duduklah." Diara tersenyum lebar dan langsung duduk untuk bicara dengan Nick, "jadi gini mas, tentang solusi kenapa semalam baby Ghi itu susah tidur dan rewel." Nick melirik Diara dengan wajah menyimak, karena dia juga ingin malam yang tenang dan tidak melelahkan. "Saya udah baca-baca mas, jadi sebaiknya kita sediain ayunan bayi biar dia anteng gitu." "Lalu?" "Boleh beliin nggak mas? Kalau boleh biar saya yang beli." Nick mengangguk saja, "beli saja apa yang kamu rasa perlu, nanti saya akan berikan kartu kredit, kamu bisa bebas gunakan untuk anak itu." Wajah Diara tampak sangat bahagia mendengar persetujuan dan fasilitas yang akan Nick berikan demi Ghiana. "Tapi gimana cara kamu pergi belanja? Siapa yang jaga anak itu?" Diara diam sejenak berpikir hingga tak lama sebuah ide muncul di kepala Diara, "boleh saya minta bantu teman saya? Saya jamin dia bisa di percaya kok mas, dan ga akan kasih tahu siapa-siapa tentang baby Ghi." "Kamu jamin?" Nick memastikan lagi. "Iya mas, dia teman dekat saya." Diara meyakinkan karena satu-satunya orang yang ia ingat adalah Sasha. Nick akhirnya mengangguk, "yasudah, terserah kamu." "Satu lagi mas," Diara menambahkan dengan cepat. "Apa?" "Mas tahu berapa umur baby Ghiana? Soalnya saya mau belajar ngurus bayi tapi bingung saya sedang ngurus bayi usia berapa." jelas Diara apa adanya sambil terkekeh kecil karena ia tidak tahu benar asal muasal baby Ghiana. Terdengar tarikan napas dari arah Nick dengan wajah berusaha mengingat sesuatu, "saya tidak yakin, tapi mungkin sekitar dua bulan." Diara mengangguk paham dan diam-diam semakin percaya kalau Nick kemungkinan besar memang ayah dari Ghiana karena tahu kapan bayi ini lahir. "Aku tidak tahu harus sedih atau senang jika Mas Nick benar ayah dari Ghiana."  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN