Empat Belas

1074 Kata
Pagi ini, Diara sudah sibuk memasak di dapur, berhubung Nick semalam sakit, jadi Diara tidak ingin hanya menyiapkan roti saja untuk sarapan. Diara menarik napas dalam dan menghembuskan napasnya perlahan di tengah kesibukannya. Badannya terasa agak sempoyongan, mungkin karena semalam ia sangat kurang tidur.  Setelah menyiapkan semuanya diatas meja, gadis itu duduk sejenak sambil memijat kepalanya yang terasa pusing, namun disaat itu suara rengekan baby Ghiana terdengar yang membuatnya harus bergegas melihat baby Ghi yang mungkin baru saja bangun dari tidurnya.  Diara mengayun ayunan baby Ghi sambil tersenyum, "udah bangun ya? Good morning baby Ghi."  Ghiana mulai tenang melihat kehadiran Diara, sedangkan Diara berusaha melupakan keadaan dirinya yang terasa agak tidak.  "Kamu main sendiri bentar ya, mama Di mau siapin air untuk baby Ghi mandi." Diara berdiri lagi setelah merasa Ghiana tampak dalam kondisi senang. Aktifitas menyenangkan memandikan baby Ghiana agaknya membuat kondisi hati Diara membaik dan merasa sudah normal. Ia bahkan sudah selesai dengan aktifitas memandikan, memakaikan baju, memberi baby Ghiana s**u, sekarang bayi kecil itu asik bermain diatas ranjang.  "Mas Nick masih belum bangun kah? Tapi dia harus makan pagi ini," Diara melihat jam dinding dan memutuskan pergi ke kamar Nick.  Diara mengetuk pintu, "mas udah bangun? Saya sudah sediakan sarapan, mas keluar sekarang ya?" Diara masih diam menunggu jawaban dengan mendekatkan telinga ke pintu kamar Nick.  "Mas? Atau perlu saya bawakan?" tanya Diara lagi bertanya dengan suara agak keras.  "Tidak perlu," jawab Nick bersamaan dengan pintu yang dibuka sehingga kini wajah Diara berada tepat di depan d**a Nick yang menggunakan kaos hitam pendek dan celana rumah bercorak kotak-kotak. "Mas hari ini nggak pergi ke kantor kan?" tanya Diara memastikan lagi dilihat dari gaya Nick saat ini. "Bukannya kamu yang memaksa saya untuk istirahat hari ini?" tanya Nick dan berlalu begitu saja berjalan menuju ruang makan.  Diara tersenyum kecil karena semalam ia sempat mengancam kalau hari ini Nick tetap pergi ke kantor, Diara akan kadukan semuanya pada Pak Adrian.  "Kamu tidak ikut sarapan?" tanya Nick karena melihat arah langkah Diara kembali menuju kamar tempat Ghiana.  "Mas dulu aja. Saya nanti, Ghiana biasanya akan tidur sebentar lagi, setelah itu saya akan sarapan." Diara menjawab dan pamit lanjut ke kamar.  Melihat itu Nick membiarkan saja dan duduk di kursi meja makan. Walaupun badannya sudah terasa mendingan, tapi memutuskan untuk istirahat sehari mungkin lebih baik, pikir Nick.  * Setelah sarapan, Nick memutuskan duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi, kegiatan yang sangat jarang ia lakukan, tapi memang saat ini ia tidak tahu harus melakukan apa dan bosan jika kembali ke kamar.  Disaat itu ia melihat Diara keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan, sepertinya ia akan membereskan makanan Nick tadi sekaligus sarapan. Artinya saat ini baby Ghiana sudah tidur.  Sedang asik melihat acara di televisi, Nick dikagetkan dengan bunyi sendok terjatuh dari arah dapur, awalnya Nick cuek dan tidak curiga, namun entah kenapa ia merasa ada yang aneh.  "Bisa ambilkan saya air hangat??" tanya Nick coba memastikan secara tidak langsung, namun tidak ada jawaban dari Diara yang artinya memang mungkin terjadi sesuatu.  Nick berjalan cepat menuju arah ruang makan sekaligus dapur, ia mendapati Diara duduk di lantai sambil menunduk.  "Hei? Apa yang kamu lakukan?" tanya Nick masih berdiri melihat Diara takut.  Diara tidak menjawab dan bergerak mengusap pelipisnya dan meringis, ia ingin menjawab tapi tenaganya entah hilang kemana, bahkan ia merasa bernapas saja kesulitan.  "Diara??" Nick yang melihat itu terkejut dan berjongkok di hadapan Diara.  "Mmm-mas.., saya..." Diara coba bicara tapi mendadak tenaganya benar-benar habis sehingga tidak sanggup lagi untuk tetap duduk dan langsung terkulai begitu saja. Dengan cepat Nick menahan tubuh Diara dan tanpa pikir panjang langsung menggendong Diara ke dalam kamar. Diara masih sadar walau dengan kepala yang benar-benar pusing, tapi samar-samar ia bisa melihat wajah panik dari Nick. "Saya baik-baik saja, tapi apa bisa mas bawakan saya segelas air?" Diara berusaha bicara walau sangat pelan dan napas yang begitu berat. Nick mengikuti ucapan Diara, bahkan sekarang dia juga membawakan minyak kayu putih untuk Diara. Diara berusaha duduk dan bersandar pada bahu ranjang, kemudian ia hendak mengambil gelas yang Nick sodorkan, namun mendadak Nick langsung bantu meminumkan air di gelas itu pada Diara yang membuat Diara agak kaget namun tidak bisa memperlihatkannya karena tidak memiliki kekuatan sama sekali. "Tangan kamu gemetar." ujar Nick setelah meletakkan gelas itu dan memberikan minyak kayu putih pada Diara, "belum sempat sarapan kan? Sebentar," Nick berdiri lagi dan pergi dengan cepat. Tak perlu waktu lama ia sudah kembali dengan sepiring nasi goreng dan segelas air.  "Terima kasih, mas." Diara agak merasa tidak enak karena sudah merepotkan Nick dan mengambil piring dengan tangannya yang masih gemetar.  "Bisa sendiri?" "Bisa kok mas," Diara kini mulai menyuap sarapannya yang kesiangan dengan perlahan.  "Pasti karena kurang tidur dan kelelahan, istirahat sebentar kamu pasti akan lebih baik," ujar Nick dan berjalan keluar dari kamar meninggalkan Diara.  Namun langkah Nick terhenti karena mendadak mendengar suara tangis Ghiana. Diara yang juga menyadari itu langsung meletakkan piring berniat melihat baby Ghiana.  "Kamu disana saja dulu," cegah Nick dan mendekati ayunan dimana baby Ghiana berada.  Diara terdiam melihat Nick yang coba mendiamkan dengan mengayunkan ayunan Ghiana. Benar saja, Ghiana sedikit lebih tenang yang membuat Diara berniat melanjutkan sarapannya, namun tak lama setelah itu itu baby Ghi kembali menangis.  "Apa yang dia mau sebenarnya?" tanya Nick pusing mendengar tangis Ghiana yang semakin kencang. "Coba gendong mas," "Saya tidak bisa mengambilnya dalam posisi seperti ini." elak Nick karena ia bukan orang yang sering berinteraksi dengan anak kecil, apalagi bayi yang tampak sangat rapuh ini.  "Biar saya aja mas," Diara bangkit dan mendekati ayunan baby Ghiana, anak itu langsung diam saat Diara menggendongnya.  Namun mendadak Diara kembali merasa pusing dan langsung duduk di sudut ranjang, ia takut membahayakan baby Ghiana jika tiba-tiba jatuh.  "Berikan pada saya, saya hanya tidak bisa mengambilnya dari posisi tidur seperti itu." "Mas tidak apa?" "Kamu istirahatlah sebentar. Jika kamu benar-benar sakit siapa yang akan urus anak ini?" Nick seolah memberikan perintah mutlak dan Diara langsung memberikan baby Ghiana ke gendongan Nick.  "Cepat makan dan istirahat." "Baik mas." ** Nick terus duduk di depan televisi tanpa melepas Ghiana yang tampak tenang di dalam gendongannya. Namun setelah beberapa saat, tiba-tiba saja Nick mendengar suatu bunyi yang berasal dari Ghiana dan wajah anak itu tampak menunjukkan eksperesi aneh.  "Kamu buang air besar ya?" tanya Nick waspada menatap Ghiana.  Nick langsung berdiri dan membawa Ghiana ke dalam kamar dimana Diara berada dan langsung membangungkan Diara yang masih tidur.  "Bisa bangun sebentar? Anak ini buang air, saya bisa mencium bau tidak enaknya," ucap Nick coba membangunkan Diara.  Diara bergerak sedikit namun ia meringis tanpa sadar, Nick memegang dahi Diara dan merasa suhu tubuh wanita ini agak hangat dari suhu normal.  Ghiana tiba-tiba saja merengek hendak menangis yang membuat Nick kaget, "jangan menangis, kamu bisa membangunkannya." pria itu langsung membawa Ghiana keluar dengan cepat sebelum menangis
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN