Diara meletakkan perlahan bayi yang ia gendong secara perlahan di atas sofa setelah bayi itu kembali tertidur. Tangan Diara cukup pegal karena memegangi bayi kecil itu.
"Ga mungkin bayi ini terus ditidurkan diluar. Apa sebaiknya aku letakkan di kamar?" Diara berpikir dan teringat bahwa ada kamar lain di apartemen ini yang tidak dipakai.
"Aku harus minta persetujuan Mas Nick dulu, tapi dia pasti sedang tak ingin diganggu. Kasian bayi ini, ah udahlah aku pakai saja, lagian ini juga untuk anaknya sendiri. Syukurlah aku sudah bereskan kamar itu tadi." Diara bergerak mengambil bayi itu lagi sekaligus tas yang datang bersama bayi itu.
Setelah meletakkan bayi itu atas ranjang, Diara mulai membuka tas si bayi untuk membereskan barang-barang didalamnya. Diara bergerak menyusun beberapa pakaian bayi, kini Diara terdiam membaca sebuah nama yang tertulis di sebuah botol s**u berisi asi.
'Ghiana Felisha Bintang'
Diara tersenyum tanpa sadar sambil melirik bayi yang tertidur itu, "nama kamu cantik ya, sama kayak kamu."
"Setahuku asi ini harus disimpan di kulkas supaya tahan lebih lama, semoga saja belum rusak." Diara bergegas menuju dapur untuk menyimpan asi tersebut dan tak lama setelah itu segera bergegas kembali ke kamar.
"Kenapa ya ibuya malah ninggalin dia ke Mas Nick? Apa karena Mas Nick ga mau tanggung jawab? Kenapa mereka nggak nikah aja?" Diara bergumam penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tapi aku masih nggak nyangka aja, Mas Nick yang diam diam begitu udah punya anak aja. Eh tapi aku kan ga kenal gimana Mas Nick sebenarnya." Diara geleng-geleng kepala sambil ikut rebahan dan mengusap pelan kepala bayi kecil itu.
Nyaris saja Diara ikut menutup mata ia dikejutkan oleh suara seolah ada sesuatu yang jatuh atau hempasan tepat dari arah sebelah, itu adalah kamar Nick. Langsung saja Diara menenangka bayi kecil itu yang nyaris terbangun agar dapat tidur kembali.
"Mas Nick ngapain sih? Dia gak lakuin hal aneh-aneh kan ya?" Diara bergegas turun dari ranjang dan berlari ke depan pintu kamar Nick. ia tidak peduli lagi dengan larangan Nick, ia langsung mengetuk pintu kamar Nick dengan kencang.
"Mas!? Mas ngapain? Mas nggak papa kan?"
Disaat itu pintu langsung terbuka menunjukkan wajah Nick yang geram, "dimana anak itu!?"
"Mas mau apa??" tanya Diara curiga dengan apa yang akan Nick lakukan.
"Saya tidak mau dia ada disini, saya harus keluarkan dia dari apartemen ini!" Nick yang menyadari tidak ada lagi keberadaan bayi itu diluar langsung mengarahkan kakinya menuju kamar lain.
"Eh enggak mas!" Diara berusaha meghentikan dengan menahan tangan Nick sekuat mungkin.
"Lepaskan! Apa urusan kamu melarang saya?"
"Mas jangan, kasihan dia. Dia udah dibuang sama ibunya, masa dia juga harus ngerasain dibuang oleh ayahnya. Bagaimanapun dia nggak tahu apa-apa dan masih sangat kecil." Diara masih berusaha menahan tangan Nick sekuat mungkin.
"Ayah!? Jangan asal bicara kamu! Saya tidak peduli, kehadirannya akan membuat saya frustrasi!"
Nick melepaskan tangannya dari Diara sampai gadis itu terhuyung dan nyaris jatuh.
Diara segera menyeimbangkan diri untuk mengejar Nick yang sudah berjalan ke arah kamar dimana si bayi kecil berada.
"Mas kenapa nggak biarin dia disini sih? Kasian dia, emang mau mas bawa kemana?"
"Letakkan dia di panti asuhan jika ibunya tak mau mengurusnya." jawab Nick sambil menggendong bayi itu.
"Mas tega? Dia berhak dapatkan kasih sayang orang tua, biar saya yang bantu kalau mas nggak bisa urus dia sepenuhnya." Diara menghalangi jalan Nick yang akan keluar.
"Kenapa saya harus tidak tega??"
"Mas, dia bayi yang nggak tahu apa-apa, dia butuh kasih sayang."
"Bisa minggir?" Nick tidak peduli dan menatap tajam Diara yang menghalangi dirinya di pintu.
"Mas..."
"Kamu berani melawan saya?"
Entah kenapa rasanya Diara ingin menangis padahal ia tidak ada hubungannya dengan bayi ini, ia hanya tidak tega jika bayi ini harus berakhir di panti asuhan.
"Hidup tanpa kasih sayang orang tua itu nggak enak mas, lagian dia seharusnya bisa tumbuh dengan orang tua yang berkecukupan. Dia nggak boleh memiliki hidup yang menyedihkan dari kecil karena tidak ada yang menginginkan keberadaannya, lagian dia ga minta untuk dihadirkan di dunia ini bukan?" Diara bicara dengan suara bergetar menahan air mata.
"Bisakah kamu untuk tidak ikut campur padahal kamu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya? Minggir sebelum saya mengusir kamu dengan cara yang tidak pantas!" ancam Nick yang membuat Diara secara terpaksa harus menyingkir untuk membiarkan Nick lewat.
"Bawa tas milik anak ini, kamu ikut saya antar dia ke panti asuhan. Saya tidak perlu jawaban apapun." Nick memperingatkan karena tahu Diara pasti akan menjawab.
Diara hanya bisa menghela napas panjang dan mengikuti perintah Nick tanpa perlawanan.
*
Diara menatap bayi digendongannya lalu diam-diam melirik Nick yang sedang berkendara di sampingnya. Tatapan Nick tampak menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan banyak hal, Diara sadar kalau sesekali terdengar helaan napas keras dan tangan Nick sesekali mencengkeram stir dengan kuat.
Mata Nick menatap secara tajam beberapa bangunan sambil memperlambat laju mobilnya karena ia tidak tahu pasti lokasi panti asuhan dimana ia akan meletakkan bayi itu disana, terlebih hari sudah gelap.
"Ini dia," Nick bergumam saat melihat papan yang menunjukkan nama sebuah panti asuhan.
Dan disaat itu terdengar suara tangis bayi yang memenuhi seisi mobil.
"Kenapa dia?" tanya Nick saat ia sudah menghentikan mobilnya.
"Boleh saya cek popoknya dulu sebelum kita bawa turun mas?" tanya Diara ragu karena sejak tadi Nick tampaknya begitu sensitif.
"Cepatlah."
Diara mengangguk dengan cepat dan ia langsung berpindah ke kursi belakang agar lebih mudah mengganti popok si bayi.
Sedangkan Nick hanya diam namun sesekali melirik melalui kaca spion Diara yang sibuk dengan pekerjaan mendadaknya.
"Saya udah ganti popoknya, tapi dia tetap nangis, saya coba kasih s**u dianya juga ga mau mas." Diara berbicara setelah beberapa lama ia coba menenangkan sang bayi yang tak henti-hentinya menangis.
Nick tidak menjawab, ia masih diam namun wajahnya menunjukkan kalau ia merasa sangat bingung.
"Apa kita bawa keluar sekarang aja ya mas? Tahu aja nanti di panti dia bisa tenang sendiri." usul Diara karena ia yakin kalau Nick juga tidak paham tentang permasalahan seperti ini.
"Kita pulang sekarang."
"Hah??" Diara kaget bukan main mendengar ucapan Nick, bahkan tanpa aba-aba Nick kembali menggas mobilnya meninggalkan panti asuhan.
Cukup lama Diara terdiam di belakang membiarkan Nick memutar balik kembali menuju apartemen, begitupun dengan bayi ditangannya yang perlahan juga mulai tenang dan terlelap lagi.
"Mas..." Diara memberanikan diri berbicara memecah keheningan.
"Jangan bertanya." Nick menjawab dengan datar.
"Eum, saya nggak nanya kok mas, saya cuma mau minta tolong." Diara tersenyum kecil dengan sangat sungkan.
"Apa?"
"Kalau bisa kita mampir ke minimarket dulu ya mas, baby Ghi butuh s**u, asi tadi sepertinya tidak cukup, popok juga perlu banget mas."
"Baby Ghi??" Nick bertanya sambil menatap Diara dari spion dengan dahi mengerut.
"Maksud saya bayi ini, mas. Ghiana."
"Bahkan kamu sudah memberinya nama?"
Diara tertawa, "bukan mas, itu nama yang udah dikasih ibunya. Saya lihat tadi dibotol susunya. Namanya Ghiana Felisha Bintang, cantik ya mas?"
Nick tidak memberi respon dan hanya memperhatikan jalanan.
"Namanya rada rada mirip sama nama saya, lucu aja." Diara terkekeh sambil memainkan pipi Ghiana yang gembul.
"Memangnya nama kamu siapa?"
"Nama saya Di..., eh tunggu, mas tahu nama panggilan saya kan?" tanya Diara tiba-tiba merasa tidak yakin kalau Nick tahu namanya.
Nick memutar bola mata sekilas dan angkat bahu, karena nyatanya ia memang tidak ingat siapa nama wanita yang ada di dalam mobilnya ini.
"Astaga, bahkan mas ga tahu nama saya?" Diara kaget bukan main mendapatkan fakta menyedihkan ini.
"Memangnya kamu tahu nama saya?" Nick malah balas menantang Diara.
"Ya tahu lah, Mas Nick, Nickolas Valiga Zayn, anak satu-satunya dari bapak Adrian Kusuma. Wah, walaupun saya cuma tukang bantu, tapi saya merasa agak sedih mendapati fakta mas ga tahu nama saya." Diara geleng-geleng kepala sambil mengusap d**a.
Sekilas Nick tersenyum melihat tingkah Diara, "jadi nama kamu siapa?"
"Diara Gemasha Handa, panggilan saya Diara."
"Lalu kamu merasa nama kamu mirip dengan anak itu?" Nick mempertanyakan pembahasan sebelumnya.
"Diara Gemasha Handa, Ghiana Felisha Bintang. Mas ga ngerasa namanya mirip gitu?" Diara coba menjelaskan dengan semangat membara.
"Terserah kamu saja."
"Eeeh mas itu minimarketnya kelewat!!"