“Tuk tuk tuk.”Entah sejak kapan suara langkah sepatu bisa membuat Niko panas dingin. Butiran keringat menetes dari dahinya. Bibirnya sedikit memucat dan jangan tanyakan bagaimana kondisi jantungnya sekarang, mungkin dia akan berterimakasih jika ada seseorang di dunia ini yang berhasil menemukan alat penormal detak jantung. Kekawatirannya semakin bertambah saat ternyata pemilik suara sepatu itu bukanlah seorang yang dia harapkan. “Sabar bro! Mungkin mereka terjebak macet.” Alvaro menepuk bahu Niko menenangkan. “Ini udah lebih dari lima belas menit mereka terlambat.” Ujar Niko mulai kawatir. “Raina juga tidak mengangkat telponku.” tambahnya lagi. “Sabar kak, mereka pasti datang. Si pemarah itu tidak bisa hidup tanpamu.” Ucap Sean langsung dapat pukulan dikepalanya.