“Euum hanya saja, saya sudah punya perempuan yang saya sukai.” Bram menelan ludahnya. Akhirnya terucap juga alasannya menolak lamaran si bapak. Dia kan duda, bukanlah bujangan yang bisa seenak hati menikah. “Ooh, begitu ya Pak. Apakah dia perempuan yang kita lihat di klinik kesehatan waktu itu? Yang sedang hamil? Pak Bram sangat memperhatikan perempuan itu.” si bapak tua tidak sengaja terlepas omongan. Tapi sedetik kemudian usai berkata hal itu, bapak tua ini menjadi menyesali perkataannya. Bram menghentikan kegiatan makan ikan dan nasi yang dia nanak secara tradisional. Walau mimik wajah Bram sempat berubah menjadi tidak suka karena bapak itu turut campur urusannya, tapi Bram coba turunkan tensinya. Dia harus menyadari bahwa dia pendatang, dia yang harus bisa menempatkan diri sebaik m