Aku bingung, antara ingin melanjutkan pendidikan ini atau kembali ke Indonesia. Tapi, aku tidak ingin mengecewakan ibu, Ayah, dokter Nita dan kak Zara. Tapi terus terang saja, aku tak bisa jika harus bertemu terus-menerus dengan Gran pria gila. Harga diriku yang menjadi taruhannya tapi aku takut mengecewakan mereka. Dan, haruskah aku menceritakan ini semua kepada Ayah dan ibu? Aku takut jika mereka khawatir denganku tapi aku butuh seseorang untuk membantuku memulihkan rasa traumatik ini. Masih terngiang wajah Gran yang ingin memangsaku, memaksaku untuk melayaninya. Aku menggeleng, menghalau rasa risih itu. Tuhan, aku benar-benar bersyukur. "Kamelia, kau sudah sarapan?" "Belum kak." "Ada baiknya kau sarapan terlebih dahulu." Aku mengangguk dan mengikuti arahannya. Kak Zara menemaniku