Sebenarnya aku malu, menutupi semuanya kepada Mama. Terlebih Mama yang bersikap sangat sayang padaku. Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali diam menunggu waktu yang tepat. Pun mengenai masalah pernikahan kami. Andai mereka tahu bahwa saat ini aku telah menjadi seorang istri dan akan menjadi Ibu. Bagaimana bisa aku menikah jika masih menjadi istri sah seorang Brayen secara hukum maupun Agama. "Tapi nak, Mama harap kau akan menikah dengan Brayen secepatnya." Aku meringis, tersenyum kikuk. "Maaf Ma, ini keputusanku." Atau haruskah aku mengatakan yang sebenarnya? Bahwa aku sedang hamil?. Mengingat ini adalah kesempatan yang baik, terlepas mereka akan mengusir dan membenciku itu adalah konsekuensi dimana aku menerima semuanya. Di mana aku bersadiwara. Aku tidak ingin menjadi pengecut deng