Semenjak kepergian Kamelia jujur saja hatiku sepi dan pilu. Tapi tak ada pilihan lain selain mengusir gadis itu. Aku tidak mungkin membiarkan seorang penipu dan w************n mendiami rumah yang ku bangun dengan kerja keras. Semua yang kuharap kan pupus, bayi mungil yang akan ku gendong nyatanya hanya hayalan. Perut rata yang selalu ku ciumi ternyata bukan hasil kerjaku melainkan orang lain yang lebih dulu. Lalu mengapa Kamelia mengakui jika itu adalah anakku? Mengapa Kamelia memberikan kesuciannya hanya padaku, jika pada ahkirnya ia bermain dengan anak rekan bisnis ku sendiri. Ini lucu sangat lucu ku dengar, tapi aku tak dapat berbuat apa-apa selain menuduh Kamelia atau meninggalkannya. Sebenarnya aku masih bingung, antara meyakini ucapan Tiara orang yang lama ku kenal atau mempercay