8 - Masuk angin

1429 Kata
Sudah hampir satu bulan berlalu, setelah kejadian panas malam itu. Tak ada yang berubah di antara mereka, masih tetap sama seperti dulu. Mereka berdua berusaha untuk bersikap baik-baik saja, meski nyatanya tidak seperti itu. Mereka berdua mengahalau segala perasaan yang hinggap, perasaan yang dapat menggetarkan hati mereka, bahkan mereka seringkali mengabaikan degup jantung mereka yang selalu berdetak tak beraturan. Pagi itu seperti biasa, Arya menjemput Clara di kediaman Nugroho. Tapi, hari itu ada yang tak beres dengan tubuhnya. Dia merasakan mual sejak tadi pagi, apalagi saat mencium bau bawang merah dan sesuatu yang berbau anyir. Seperti tadi pagi, perut lelaki itu bergejolak saat mencium aroma ikan goreng. Sampai-sampai membuatnya meneteskan air mata, karena gejolak yang ia rasakan. "Kamu masuk angin kali, Ar," kata Tania sambil mengoleskan minyak kayu putih pada pundak Arya. "Kayaknya, Ma." Mata Arya bahkan sampai berkaca-kaca karena rasa mual yang luar biasa. "Ya udah, kamu nggak usah kerja. Istirahat aja hari ini," saran Tania. Tetapi Arya malah menolak. Dia ingat, jika hari ini ada pertemuan dengan klien. Dan dia harus menemani Clara. Tania hanya menghela napas, karena sifat keras kepala anaknya itu. "Ya udah, aku berangkat dulu, Ma," pamit Arya sambil beringsut dari duduknya. "Kamu yakin ga mau sarapan dulu? Sarapan aja dulu, ini masih pagi, Ar." "Nggak, Ma," tolak Arya. Mata lelaki itu melihat keranjang buah yang ada di atas meja, dan mengambil dua buah jeruk. "Aku mau makan ini aja, Ma," ucap Rendra sambil menunjukkan jeruk yang ia genggam pada mamanya. "Eh, perut kamu masih kosong, jangan makan yang asem-asem! Nanti asam lambung kamu naik!" teriak Tania. "Nggak akan, Ma." "Duh, itu anak! Udah kayak orang ngidam aja!" omel Tania saat Arya sudah hilang di balik pintu. ******* Arya masuk ke dalam mobilnya, seketika lelaki itu langsung menutup hidungnya. Rasa mual itu datang lagi, dan kali ini penyebabnya adalah dari pengharum mobil. "Uh, harus ganti yang baru!" gumam lelaki itu sambil mengenakan masker dan melajukan mobilnya, menuju rumah Clara. Saat dalam perjalanan menuju rumah Clara, Arya sempat singgah di minimarket. Membeli pengharum mobil yang baru, dengan aroma jeruk, yang menurutnya lebih segar. ******* Pagi itu Clara sudah membuat para asisten rumah tangga ketar-ketir. Pasalnya, wanita cantik itu tiba-tiba saja minta dibuatkan sushi! Di waktu sepagi ini? Ya, itu dia! Para asisten rumah tangga sampai dibuat bingung, dengan keinginan nona muda mereka, yang terbilang sangat tiba-tiba itu. "Pokonya aku pengen dibuatkan sushi!" teriak Clara saat dia sudah tiba di dapur, masih mengenakan baju tidur dengan motif keropi. "T - tapi, kita tidak ada bahan-bahannya, Nona," kata salah satu dari mereka. Heran, tidak biasanya nona muda mereka merajuk seperti ini, dan minta dibuatkan sesuatu yang sedikit susah. "Beli! Pokonya harus yang segar, yang asli dari laut!" Jessy mendengar keributan dari arah dapur, bergegas menuju ke arah sumber suara. Dia mendapati Clara sedang berkacak pinggang, masih mengenakan baju tidur. "Lho, tumben dia belum mandi," gumam Jessy, karena tidak biasanya di jam segini Clara masih mengenakan baju tidur. . "Ada apa ini? Ko ribut-ribut?" tanya Jessy saat dia sudah tiba di dapur. "Mama!" "Kenapa, Cla?" tanya Jessy sambil menatap anaknya, lalu gantian menatap para asisten. "Clara pengen dibuatin sushi, Ma. Tapi, kata mereka bahan-bahannya nggak ada!" rajuk Clara, sambil bergelayut manja di lengan Jessy. Jessy mengerutkan keningnya, heran. Apa kata anaknya? Sushi? Apa anaknya itu sedang membuat lelucon? Clara, kan, tidak suka sushi! Tapi, apa ini? Tiba-tiba saja minta dibuatkan. Jessy sibuk menerka-nerka, kenapa tiba-tiba saja anaknya itu meminta sesuatu yang tidak pernah dia suka. Masih jelas di ingatan Jessy, dulu saat mereka sekeluarga pergi ke restoran Jepang. Jessy, Alex dan Barack memesan sushi, tetapi anak bungsu mereka malah memesan ramen. Alasannya sederhana, dia mual, dan merasa jijik. Bagaimana bisa daging yang mentah dimakan? Begitu katanya. Tapi sekarang? "Ma ...." panggil Clara, masih bergelayut manja, minta dibuatkan sushi. "Sayang, ko tiba-tiba minta sushi, sih? Nggak biasanya, bukannya kamu itu nggak doyan, ya?" "Ihh ... tadi pas malem liat status temen, dia upload foto sushi. Jadi tiba-tiba aja aku ngiler, pengen." "Nanti siang aja makan sushi nya, ya? Sekarang makan yang ada aja dulu." Jessy memberikan pengertian pada anaknya. . Sebenarnya bisa saja dia mengabulkan permintaan anaknya, dengan status yang dia miliki. Tapi, dia Jessy sendiri tidak mau menggunakan statusnya, karena dia sendiri bukan tipe orang yang suka menyalahgunakan kekuasaan yang dia miliki. "Tapi, Ma ...." "Nanti, pas makan siang aja, ya?" "Ya udah, deh! Nanti pas makan siang aja, sama Arya." Akhirnya Clara menurut, dia masuk ke dalam kamarnya dan mandi. ****** Mobil Arya sudah terparkir di halaman rumah Clara. Dia turun dari mobil, dengan terus menggenggam kulit jeruk. Saat di mobil tadi, lelaki itu memakan jeruk yang ia bawa dari rumah. Aneh, lelaki itu merasa sedikit aneh. Tidak biasanya dia sampai seperti ini, mual hanya gara-gara bau bawang merah dan sesuatu yang berbau anyir. Masuk ke dalam, mengedarkan pandangannya. Sepertinya atasannya itu masih di meja makan. Arya pun memutuskan untuk menuju ruang makan, dan benar saja. Clara masih menikmati sarapannya, hanya berdua dengan Jessy, karena Alex sedang ada pekerjaan di luar kota bersama papanya. "Ar, sarapan bareng, yuk!" ajak Jessy sambil melambaikan tangannya. Arya melihat Clara sedang menikmati sarapannya, sayur bayam dan goreng tempe. Ah, tiba-tiba saja cacing-cacing dalam perutnya berdemo minta diisi. Menarik kursi, lalu duduk di samping Clara. Mengambil nasi, dan juga sayur bayam. Jessy hanya tersenyum melihat tingkah Arya, tidak biasanya lelaki itu langsung menurut. Biasanya harus disuruh sebanyak dua kali dulu, baru mau. Mata Jessy melihat kulit jeruk yang ada di atas meja, lebih tepatnya di samping piring Arya. "Itu kulit jeruk, Ar?" Jessy menunjuk kulit jeruk yang ada di sebelah piring Arya. "Iya, Tante." "Lho, ko di bawa-bawa? Kamu pengen jeruk?" tanya Jessy heran. "Nggak, aku cuma mau nyium aromanya aja, Tan," balas Arya sambil tersenyum. Sedangkan Clara masih belum juga mengeluarkan suara, masih duduk dengan kalem dan menikmati semangkuk sayur bayam yang ada di hadapannya. Sambil membayangkan, jika apa yang dia makan itu adalah sushi. Arya menatap Clara yang sedari tadi diam. Lelaki itu jadi merasa bersalah, seharusnya dia tidak ikut sarapan bersama mereka. Begitu pikirnya, dia kira Clara diam saja karena kehadiran dirinya. Jessy menyadari jika Arya sedari tadi memperhatikan Clara, hanya tersenyum. "Dia lagi pengen makan sushi, tapi kan ini masih pagi. Mau nyari sushi kemana coba?" Jessy memberi tau. "Sushi? Bukannya Nona tidak suka sushi, ya?" "Makanya itu! Tante aja sampe heran, Ar. Kayak orang ngidam aja, tiba-tiba pengen sesuatu yang nggak ada," celoteh Jessy. Arya hanya mengangguk paham, sedangkan Jessy hanya menggeleng. Lalu detik berikutnya wanita itu terdiam, menyadari apa yang sudah keluar dari mulutnya. "Ngidam?" gumam Jessy, sambil menerawang jauh. Ah, wanita itu jadi tau sekarang! Sepertinya anaknya itu sedang hamil! Tapi, ini hanya dugaannya saja! Benar! Jessy baru ingat, jika bulan ini anaknya itu belum datang bulan. Jessy tau kebiasaan anaknya jika sedang datang bulan, menangis dan sambil mengeluh karena sakit perut. Tapi, bulan ini anaknya itu belum menunjukkan jika dirinya sudah datang bulan. Haruskah dia bertanya? Tidak, tunggu saja dulu, jika nanti anaknya tidak juga bicara, maka dia akan bertanya. Clara dan Arya sudah selesai sarapan, mereka bergegas masuk ke mobil dan menuju ke perusahaan. Di dalam mobil Arya kembali merasakan mual, rasanya sayur bayam yang tadi ia makan akan keluar lagi. Akhirnya Arya pun memutuskan untuk menepikan mobilnya, dan bergegas keluar dari mobil dan mengeluarkan isi perutnya. Sedangkan Clara melihat Arya tengah berjongkok, dan berjuang melawan rasa mual yang melanda dirinya. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Clara sambil memijit tengkuk Arya, dan mengolesinya dengan minyak kayu putih. "M - maaf, Nona. Saya - huuekk!" Arya bahkan tak bisa menjawab pertanyaan Clara, dia benar-benar mual. Sial! Tidak biasanya dia seperti ini. Bahkan di saat flu berat sekali pun, dia masih kuat pergi ke kantor. Setelah merasa tenang, Clara memapah Arya masuk ke dalam mobil, dan menyuruhnya duduk di kursi penumpang. "Nona?" "Udah, aku aja yang bawa mobilnya." "T - tapi ...." "Nggak ada tapi-tapian! Kamu tau, kan? Aku tidak suka penolakan." Setelah itu Clara masuk, dan duduk di belakang kemudi. Melajukan mobilnya menuju GW Group, sambil melirik ke arah Arya yang terlihat pucat. "Kamu kalo sakit kenapa maksa buat kerja?" "Saya nggak apa-apa, Nona." "Kamu sakit, kayaknya masuk angin, Ar." "Iya, sepertinya saya masuk angin, Nona." Setelah itu mereka kembali terdiam, menikmati perjalanan menuju GW Group. Meski dalam hatinya Arya merasa tak enak, karena atasannya malah membawa mobil, sedangkan dirinya malah enak-enakan duduk di kursi penumpang. Tapi apa boleh buat? Dirinya benar-benar merasa mual dan pusing, dari pada ia paksa? Yang ada, nanti mereka malah datang ke rumah sakit bukan ke perusahaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN