Bab 8.

1110 Kata
Hari Senin kesibukan tidak menentu bagi Bella, jadwal padat, orderan penuh, pelanggaan banyak. Bella dan Leni harus ekstra sabar, tenang dan berenergi untuk bisa menghasilkan target memuaskan. Di bulan puasa ini banyak yang datang antri untuk beli baju lebaran tentunya. "Bel, kode baju 46710 ada ukuran XL, enggak?" tanya Leni saat ini tengah melayani pelanggaan yang berkunjung di tokonya. "Ada coba kamu lihat di atas," jawab Bella duduk masih hitung beberapa stock barang baru masuk tadi. "Kak, baju ini ada ukuran L?" tanya seorang pelanggaan tengah berdiri di deretan baju gantung. "Ada, kak. Tapi warna coraknya beda mau, kak?" jawab Bella "Hem ... warna ini gak ada lagi ya?" "Habis, kak. Tadi baru saja di ambil sama pelanggan lain, siapa yang mau pakai? Mungkin untuk motifnya ada yang lebih bagus dari itu. Kakak, mau?" Bella mencoba menawarkan motif lain pada Pelanggaan itu. "Bolehlah. Untuk anak bungsu saya," katanya. "Len, Leni! Tolong ambilkan motif seperti kakak itu pegang. Kodenya 50223 semua ukuran ya!" teriak Bella pada Leni yang dari tadi melayani pelanggaan kayak semut.  "Oke, Bel!" Leni mulai menaiki tangga yang memang sengaja dibuat ukuran seperti cat rumah. Agar tidak repot saat untuk mengambil barangnya. Selain itu toko Bella terbuka jadi siapa saja yang masuk bisa terlihat semua barang-barang miliknya. Tidak hanya itu saja, selain pekerjanya cuma satu orang, Bella tidak bodoh, ia memasang sekitar ruangan tempat tokonya yaitu CCTV jadi apabila ada pelanggaan melakukan kecurangan bisa diketahui. Karena kamera CCTV bisa terlihat jelas. Karena itu Bella duduk di mejanya bukan pemilik sombong, tapi juga memantau setiap pelanggaan yang datang keluar masuk. Mata harus teliti siapa melakukan kecurangan saat membeli baju di tempatnya. Sampai sekarang  belum ada kejadian hal seperti ini. Karena Bella orangnya royal tidak mudah mencari keributan selalu fair pada pelanggan lain. Jika pelanggan ingin harga sesuai ia mau, Bella tentu akan berikan akan tetapi tidak semua berikan. Misalkan saat pelanggan sedang memilih baju untuk lihat-lihat, ada anak-anaknya paling malas menunggu belanja kelamaan. Bella sudah menyediakan beberapa cemilan untuk anak-anak. Jadi tidak terlalu bosan. Makanya Bella sangat menyukai anak-anak. Sampai pedagang lain dengan di tempat usahanya salut sama Bella. Apalagi Bella juga tidak pelit ilmu untuk membagikan cara agar menarik pelanggaan seperti dia. Jarang loh pengusaha seperti Bella mau bagikan ilmu pada saingannya. Katanya sih sesama usaha tidak ada salahnya saling tolong menolong rejeki siapa yang tahu. Bagaimana para pengusaha di sekitar tempat tokonya tidak semangat malah semakin semangat untuk bersaing siapa yang pintar menarik pelanggaan lain. Waktu sudah menuju pukul 11 siang. Tidak terasa untuk Bella dan Leni melayani para pelanggaan berkunjung membeli. Pantesan perut terasa keroncongan ternyata waktu untuk makan siang. Bella tidak menentukan kapan jam makan siang, karena setiap perut mulai terasa lapar. Silahkan saja cari makanan, untuk bulan ini adalah bulan puasa mungkin banyak yang tidak berjualan. Tidak perlu dipusingkan Bella selalu datang berkunjung ke pajak Sambas dekat dimana ya tokonya. Ya meskipun perlu waktu lama jalan kaki. Tetap saja banyak yang mengenali dirinya. Bella orangnya ramah banget. "Len, kalau kamu lapar, pergi saja dulu cari makan. Biar aku yang jaga tokonya," perintah Bella pada Leni. "Hari ini aku malas keluar, Bel!" "Loh, kenapa? 2 jam lagi bakalan banyak pelanggaan datang loh." "Hari ini mertuaku masak banyak. Semalam kakakku pulang dari Surabaya. Jadi hari ini aku bawa bontot. Kamu mau?"  "Oh Wiwi pulang! Kok dia gak kabarin aku ya!" Bella mulai mencoba mencari nomor kontak Wiwi si sahabat baiknya. "Mungkin dia lupa. Soalnya itu pun dia pulang tiba-tiba tanpa kabar ke kami," kata Leni mulai membuka bontot rantangannya. Bella ikut makan  bersama dengan Leni di meja lipat. Kursinya unik kecil tapi kuat. Masakan biasa tapi enak dinikmati sesuai lidah cita rasa untuk Bella. Bella juga bisa masak seperti menu makanan ini. Ya karena sibuk lebih mentingin kerjaan usahanya praktis beli di luar. Bukan sombong atau sok kaya saja. Bella memang lebih suka cari mudah, biar nggak ribet amat. **** Fendy sedang di kantor sibuk seperti biasa melihat berkas laporan  karyawannya barang keluar masuk dari gudang. Heni kembali lagi datang membawa makanan untuk dia dan putri tercintanya. Heni sih tidak terlalu menyukai dapur demi lelaki pujaan hatinya rela ke dapur mati-matian belajar memasak agar bisa dipuji terus oleh Fendy. Mengambil hati seseorang itu harus perjuangan, bakat dari Heni cuma kecantikan wajah dan aksesoris ada di tubuhnya. Fendy sih tidak terlalu mempermasalahkan wanita mau cantik atau sederhana. Yang pasti menyayangi putrinya, pengertian dan sabar. Seperti almarhum istrinya Fendy, tipenya baik, sabar, pengertian, penyayang, royal dan tentu tegas. Selain tegas dia juga hobi memasak selalu tolong menolong. Kalau istrinya masih hidup mungkin Fendy sudah tidak akan di radang perjodohan oleh ibunya sendiri. Sheren memang anak yatim piatu tanpa adanya keluarga. Fendy mengenal Sheren saat ia bekerja di tempatnya. Sheren hanya karyawan biasa tapi cekatan dalam sebuah prosedur kinerja. Banyak karyawan segan dengannya karena profesinya sangat baik. Segalanya ia bisa mengatasi pekerjaan tanpa ada yang membantu. Selalu ingin belajar, sampai Fendy suka dengan sikapnya lemah lembut tidak mudah marah terjadilah timbul rasa penasaran Fendy padanya. Mereka menjadi dekat dan saling menyukai satu sama lain. Di usia muda Fendy langsung melamar Sheren untuk menjadi pendamping hidupnya. Fendy sangat mencintai istrinya hingga dikaruniai seorang putri yang cantik. Semasa kehamilan Sheren, Fendy selalu menjaga dan memperhatikan istrinya saat bekerja. Ya, meskipun sudah menikah dengan  Fendy. Sheren masih tetap menjadi karyawan biasa di perusahaan suaminya sendiri. Sheren tidak ingin dicap sebagai istri sombong. Sheren lebih menyukai pekerjaan biasa walaupun  telah menjadi istri si pengusaha muda. Di masa kehamilan terakhir, kondisi Sheren semakin buruk. Sheren mengalami pendarahan saat akan melahirkan Kirana si putri kecilnya. Fendy antara berdoa menyelamatkan istrinya atau putrinya. Tentu Fendy mengharapkan keduanya. Namun Tuhan malah lebih mengambil nyawa istrinya lebih dulu. Sheren tidak bisa bertahan hidup kondisinya semakin memburuk namun  putrinya selamat. Fendy tentu sangat terpukul Sheren telah meninggalkannya. Namun Fendy tentu tidak akan putus asa walaupun ia telah kehilangan orang yang ia cintai. Masih ada putri selalu setia menemani hingga usia Kirana menuju 5 tahun. Fendy bersyukur selama membesarkan Kirana penuh kasih sayangnya. Kirana tidak pernah rewel merindukan seorang ibu. Karena Fendy selalu menceritakan kisah kepada putrinya sosok Sheren. Sekarang saja Fendy harus memilih seorang perempuan dijodohkan oleh ibunya sendiri yaitu Heni. Sahabat baik Ibunya. Tapi, yang Fendy rasakan selama dua bulan ini belum ada tanda rasa pada Heni tersebut. Yang lebih dibingungkan putrinya tidak pernah cocok dengan Heni. Fendy yang baru ketemu dengan Bella tiga kali, Kirana sudah lengket dan akrab dengannya. Fendy bisa melihat dua perempuan sekaligus meskipun Bella jarak menunjukkan rasa simpati pada putrinya. Karena Kirana lebih nyaman saja saat ada Bella. Mungkin bisa jadi Fendy akan mencoba bertemu kembali dengan Bella. Karena Fendy yakin sifat Bella sangat mirip dengan almarhum istrinya yaitu Sheren. Atau kebetulan saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN