Bab 5.

1099 Kata
Fendy sedang menyusun beberapa laporan di mejanya, seseorang datang ke kantornya yaitu Heni. Heni membawa beberapa makanan untuk Fendy dan Kirana. Kirana sedang sekolah di salah satu ternama yaitu SUTOMO Sumatera Utara. Fendy seorang pengusaha muda di perusahaan Perkayuan di Amplas. Tempat  kantornya di jalan Thamrin dekat dengan sekolah Kirana. Heni memang sudah kenal lama dengan keluarga Fendy, saat Mama Fendy sedang berbelanja salah satu pasar manisan. Kebetulan Mama Fendy bertemu dengan teman seangkatan yaitu Mama Heni. Tepat saat Heni dan Mamanya juga membuka usaha manisan buah. Heni seorang perempuan amat keras dan kaku, tidak suka melakukan pekerjaan berat. Walaupun usaha minumannya sudah mencapai pesat tetap saja penampilan Eni lebih diutamakan. Di sanalah perbincangan para Mama-mama di mulai. Mama Fendy berbincang-bincang dengan Mama Heni. Nanya apakah Heni sudah menikah, bla bla bla... Setelah rencana bertemu pun dimulai Fendy menuruti kemauan mamanya untuk bertemu dengan Heni. Heni adalah perempuan yang memang mandiri dan dewasa menurut Fendy. Tapi saat Kirana bertemu dengannya, sikap Kirana tidak menyukai penampilan Heni. Sampai - sampai Kirana lebih memilih wanita yang benar cocok untuk Papanya yaitu tante kemarin ada di mall tersebut. "Kamu sudah datang, aduh, tidak perlu sungkan sampai bawa makanan segala," ucap Fendy berdiri dari duduknya membawa rantang yang dibawa Heni. "Tidak apa-apa, kok. Sudah kewajiban jadi wanita," kata Heni senyum. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari. Tahun ini Kirana masuk sekolah Play Group. "Papaaaa...!" teriak Kirana. Fendy langsung mengangkat tubuhnya ke pangkuan. Wajah Kirana yang berseri menjadi masam karena melihat sosok yang tidak ingin ia lihat yaitu Heni. "Papa kenapa ada, Tante galak di sini, sih?" ceplos Kirana langsung. "Sayang, kok bicaranya seperti itu. Sebentar lagi jadi mama kamu, loh," ucap Fendy menegurnya "Tidak akan, Kirana tidak mau dia jadi mamaku. Tetap tante yang kemarin!" Kirana turun dari pangkuan Fendy lalu berlari keluar menuju ke kamar bermainnya. Heni menatap sikap Kirana benaran paling ia benci. Apa maksud anak itu tante kemarin? "Maafkan, Kirana. Dia tidak bermaksud menyinggung kata-kata barusan, kamu sabar ya.” Fendy semakin bersalah saja sama Heni. Heni senyum ciut, suasana yang tadi hangat sekarang menjadi hambar. Heni penasaran siapa yang di maksud tante kemarin itu. **** Fendy masuk  kamar bermain tempat Kirana berada. Kirana membalikkan badan tidak ingin melihat Fendy. "Sayang," panggil Fendy "Kirana tetap enggak mau tante Heni jadi Mamaku! Kirana tetap mau tante kemarin!" celoteh Kirana berteriak. Untung Heni sudah pulang lebih dulu, setelah berbincang - bincang. Heni tidak masukkan ke hati soal perkataan Kirana tadi. Cuma Heni kurang apa gitu sampai Kirana tidak suka sama dia. "Tapi, tante Heni baik, loh, sampai bawa makanan untuk kamu. Rela jauh-jauh dari tempatnya demi kamu. Masa kamu tidak mau Tante Heni jadi mama kamu," bujuk Fendy perlahan mengatakan pada Kirana untuk bisa menerima Heni. "Nggak mau! Pokoknya Kirana mau tante kemarin, titik! Kalau papa lebih memilih tante Heni, Lebih baik Kirana enggak mau lihat muka Papa lagi!" Kirana berdiri lalu berlari keluar dari kantor Fendy. Fendy berteriak mengejar Kirana, bahaya kalau sampai lari  di jalan. Kirana tetap lari sampai menabrak seseorang yang lewat di depan kantor tersebut. Kirana sampai jatuh terduduk di aspal, menangis karena pantatnya mendarat sangat keras di lantai berpasir itu. "Aduh, maaf, kamu enggak apa-apa, kan?" seseorang bersuara membantu Kirana berdiri. Kirana masih menangis sesenggukan, di tepuk rok yang kotoor tertempel di sana. "Jangan menangis lagi, ini." Sebuah permen lolipop berikan pada Kirana. Kirana terdiam lalu menatap wajah seorang wanita tersenyum padanya. "Tante yang kemarin?" ucap Kirana polos, Kirana ingat banget sama wajah seseorang. Yang Kirana tabrak tadi adalah Bella, Bella memang sering lewat daerah sini karena tempat tinggalnya tidak jauh dari sini. "Masih ingat juga," gumam Bella. Seorang memanggil nama Kirana yaitu Fendy. Kirana langsung memeluk leher Bella erat banget. Bella sendiri kaget ada apa dengan anak ini. Fendy mengatur nafasnya lalu mendekati anaknya yang sedang ia peluk wanita kemarin temukan Kirana di mall. Bella meminta Fendy untuk tidak mendekati Kirana dulu. Fendy menuruti, membiarkan Kirana tenang dulu. Bella mengelus punggung Kirana perlahan - lahan. Fendy jadi tidak enak sama wanita itu. Lama juga Kirana memeluk Bella sehingga gadis kecil itu  tertidur tanpa dia sadari. Bella meminta lelaki itu membawa putrinya yang tertidur itu. Fendy pun mengangkat tubuh Kirana sudah tertidur pulas. Sedangkan pundak Bella basah karena tangisan Kirana tadi. "Baju kamu?" Bella melirik bajunya, lalu senyum. "Tidak apa-apa, sudah biasa kok. Kalau begitu saya permisi dulu." Bella berlalu pergi dari hadapan Fendy, Fendy menatap punggung wanita itu untuk kedua kalinya. Fendy sampai lupa menanyakan namanya, tapi mungkin lain waktu pasti bertemu lagi dengannya. Fendy membawa Kirana masuk ke dalam mobil, gedung kantornya sudah di tutup oleh karyawan di sana. Barang miliknya sudah dibawa oleh Office Boy. Fendy memasangkan sabuk pengaman pada Kirana. Wajah putrinya benar membuat Fendy sabar menghadapinya. Kenapa kamu ingin wanita itu jadi mama kamu. Alasannya apa, sayang? Heni juga baik untuk jadi mamamu. Bedanya di mana? ~ ucap Fendy dalam hati melihat wajah si putrinya. **** Bella menghempaskan tubuh di badan sofa. Merasakan bajunya basah karena anak perempuan itu. "Akh! Mama!" teriak Bella tiba-tiba. Mamanya kebiasaan setiap ia pulang kerja pasti pukul pundaknya. "Melamun apa? Bagaimana hubunganmu dengan Boby?!" Jenni bertanya. Jenni adalah Ibu kandung Bella. Boby lagi, Boby lagi, yang dibahas. Nggak bosan-bosannya? "Biasa saja!" Bella lebih memilih untuk menghindar daripada dapat ceramah panjang. "Besok malam makan bersama dengan Boby! Mama tidak mau tahu. Tidak ada alasan untuk mengelak!" "Lah, kok begitu sih, Ma?! Tidak adil, dong! Besok Bella sibuk kerja. Banyak orderan dari luar kota, Ma?!" "Tidak mau tahu. Mama pesan tempatnya, mau sampai kapan kamu menunggu. Mama sudah lelah cari lelaki untuk kamu, tapi kamu selalu menolak. Ini terakhir, Boby lebih pantas untuk kamu." Jenni pergi dari ruang tengah lalu masuk ke kamarnya. "Pokoknya Bella tidak akan hadir!!!" teriak Bella di ruang tengah. "Pergi atau tidak tetap harus hadir!" teriak mamanya juga tidak mau mengalah. Bella menghentakkan kakinya lalu masuk ke kamar dengan pintu banting lumayan keras. Bella kesal, marah, jengkel. Hidupnya seperti di atur. Sudah jelas ia tidak ingin menjalankan hubungan dengan siapapun. **** Fendy membaringkan putrinya di atas tempat tidur. Kirana seperti mengigau. "Pokoknya Kirana mau tante kemarin." Fendy mengelus wajah Kirana yang chubby itu. Fendy merasa bingung dengan sikap putrinya ini. Diambil foto berbingkai seorang wanita yang cantik sebelum melahirkan putrinya. almarhum istrinya saat tersenyum, satu tetesan air mata jatuh di kaca berbingkai itu. Fendy segera menghapus sisa air matanya. Bagaimana, Sheren. Aku bingung harus memilih yang mana? ~ ucap Fendy menatap foto almarhum istrinya sekali lagi. Fendy meletakkan kembali foto itu atas meja sebelah tempat tidur Kirana. Fendy mencium pundak kepalanya. Kemudian ia keluar menutup kamar putrinya. Lalu masuk ke kamar miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN