Bab 4.

567 Kata
Bella menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang tersedia. Leni yang sedang mempacking baju yang akan dikirim ke alamat tujuan. "Kamu, kenapa? Kok bete, banget?” tanya Leni   "Mimpi apa semalam diriku, sampai ketemu sama anak kecil yang ngotot minta jadi istri - papanya," jawab Bella sambil memijat pelipisnya saking pusing. "Masa? Siapa? Wah, jodoh nomplok nih, Bel?!" seru Leni. "Jodoh nomplok, apaan, sih, Len! Kenal saja, ogah," balas Bella bangun dari duduknya mengambil gelas kosong isi air minum di dispenser. "Bisa saja, kan, Bel. Kalau jodoh kamu itu dari anak perempuan yang meminta dirimu jadi mamanya," ucap Leni menasehati Bella. Bella menghabiskan air minum di gelas, kemudian ia berkata, "Tetap tidak akan! Zaman sekarang enggak ada namanya mustahil." "Jangan salah, loh, Bel. Bisa saja kamu menikah dengan lelaki yang sudah pernah menikah, tapi kalau jodoh itu sudah di depan mata. Kenapa tidak terima? Sampai kapan kamu jomblo terus. Kamu nggak lihat teman-teman kamu sudah menikah dan punya anak. Mama kamu saja lelah carikan lelaki untuk kamu," ucap Leni mengoceh panjang lebar.  "Entahlah, aku pusing! Sudah kamu packing semua barang yang tadi aku kirim ke kamu?!" "Sudah kok, tinggal barang ini stock-nya habis harus menunggu, stock baru lagi. Bagaimana, si pelanggannya mau tunggu?" kata Leni. "Berapa hari sampainya?" tanya Bella "Mungkin 2-3 hari terkecuali, delay," jawab Leni. Leni Mawarinda, Dua puluh empat tahun. Adik teman Bella yang baru menikah tiga bulan. dia bekerja di toko baju Bella di usia remaja. Leni kenal betul dengan sifat pemilik toko ini. Sosok Bella yang antusias, cekatan dan tidak banyak mengeluh, tapi kalau soal jualannya boleh di ajukan jempol. Kalau soal kencan buta diutamakan adalah menghindar dari para lelaki yang setiap hari, bukan setiap saat datang ke toko mengajak Bella nge-date. Tapi, sudah berpidato soal pernikahan maka kata mutiara dari Bella pun terlontar juga. "Menikah itu seumur hidup,  jika menikah terlalu cepat dan kenyataan di antara pihak pria dan wanita tidak saling mengerti terjadi sebuah perceraian itu yang merugikan adalah wanita sendiri. Mungkin jodoh belum berpihak padanya. Biarkan jodoh saya datang sendiri tidak perlu kalian mengaturnya." Siapa coba bisa membalas perkataan dari mulut kejam dari Bella. Semua pada pasrah dan menyerah karena sikap Bela terlalu keras. Tapi, mungkin bisa saja ada orang lain bisa menembus tembok hatinya ketika jodoh itu benar sudah ada di depan matanya. Bukan karena Bella tidak pernah pacaran, dia pernah pacaran, namun semua hancur karena mantan lelaki yang pernah di pacari adalah pengkhianatan, tega mempermainkan perasaan Bella. Padahal Bella sangat mencintai lelaki itu. Karena apa? Karena semua hanya kebohongan Lelaki itu lebih memilih menikah dengan tunangan yang sudah lama menjalin hubungan sebelum pacaran dengannya. Saat itulah Bella menutup rapat-rapat hatinya untuk seorang lelaki. Mau pun lelaki itu cinta mati atau cinta karena kesuksesannya tidak akan mempengaruhi tekanan dari Bella tersebut. "Bella, ada telepon!" teriak Leni dari depan toko. "Dari siapa?" tanya Bella yang sedang di tempat peristirahatan nya. "Biasa, dari Boby!" "Bilang saja, saya sedang sibuk!" Boby adalah lelaki dari pengusaha sparepart terbesar di kota Medan. Dia sedang mengejar cinta Bella saat pertemuan mendadak dari rencana Mamanya tersebut. Bella jelas menolak untuk tidak berhubungan dengan lelaki mana pun masih juga dipertemukan pada akhirnya Boby sekarang kejar berusaha mengejarnya. Bella sendiri lelah tidak ingin menerima teleponnya. Boby memang baik, dan selalu memberikan segalanya untuk Bella. Bella menolak bukan berarti dia tidak mampu membeli apa yang dia inginkan. Tentu dia mampu usahanya saja sudah mencapai pesat sampai luar negeri. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN