Janu menghembuskan kasar nafas dari sela bibirnya yang sedikit terbuka. Di hadapannya, berdiri gadis remaja--yang kali ini begitu susah untuk ia ajak bicara. Mekka berubah 180 derajat. Jika sebelumnya gadis itu yang sering mengejarnya agar bisa bertemu, sekarang sebaliknya. Mekka akan berusaha keras—memakai semua alasan untuk tidak bertemu dengannya. Dan setelah ia terpaksa mendatangi sekolah Mekka—hanya untuk bisa berbicara dengan gadis itu, Mekka masih saja tetap berusaha menghindarinya. Bahkan hingga harus menggunakan alasan yang dibuat-buat. Mekka rela berbohong, hanya untuk mengusirnya. Sebenci itu kah Mekka padanya? “Ayo… kita pergi.” Kepala Mekka yang masih belum terangkat—menggeleng. Kedua sahabatnya baru saja meninggalkannya. Mekka masih jelas melihat wajah khawatir dua sahabatn