“Masih digangguin sama teman cowok kamu itu?” tanya Janu begitu yang ditunggu membuka pintu samping pengemudi—lalu masuk. Menarik seat belt, sebelum menoleh dengan wajah cemberut. “Kalau dia masih ngejar kamu, itu tandanya dia serius. Patut kamu pertimbangkan.” “Tapi Mekka nggak suka sama Rayyan, Bang.” Dengan wajah masih tertekuk, Mekka menjawab. “Ya ampun… dia itu pecicilan, Bang. Bilang sama teman-teman kalau Mekka pacarnya. Kan Mekka kesel,” gerutu anak remaja itu, yang justru membuat Janu tertawa lepas. Mekka menatap sinis pria di belakang kemudi yang justru menganggap kekesalannya sebagai komedi. “Berarti dia pantang menyerah, dan Om suka cowok seperti itu. Om dukung kamu sama dia.” Wajah geli Janu membuat Mekka geram. Gadis itu kemudian memukul lengan Janu tanpa ampun. Tak mengel