“Apa kamu tidak merasa lelah, dan sia-sia??” Gea yang sedang tertunduk, menatap jemari yang saling bergesekan—mengangkat kepala, lalu menoleh ke samping. Mendapati Haris yang sudah menatapnya dengan serius. Tak terlihat Vico, karena pria itu sedang pergi ke toilet. “Apa maksudmu???” tanya Gea, dengan alis berkerut. “Orang yang tidak buta, bisa melihat dengan jelas. Sorry to say… lo pasti juga tahu. Dia nggak cinta sama kamu.” Kedua tangan Gea yang berada di atas meja—mengepal. Sepasang rahangnya mengetat. Menatap tidak suka, pada pria sok tahu yang masih menatapnya dengan lekat. Sungguh, Gea tidak menyukainya. Apa yang Haris katakan, mengoyak egonya. “Kamu tahu, apa yang aku katakan… benar.” “Itu bukan urusanmu,” sahut Gea dengan cepat. “Selain Bos, Janu juga temanku. Kamu pasti sud