“Aduh… sakit bang. Pelan-pelan…” Mekka meringgis. “Ini juga sudah pelan-pelan. Tapi susah… masukinnya.” “Katanya sudah lihat youtube,” keluh Mekka. Ia sudah pegal, selama beberapa menit tidak bergerak—hanya untuk memudahkan sang suami. “Iya… lihat youtube kayaknya mudah, tapi ternyata sulit,” keluh Januari, yang masih belum menghentikan usahanya. “Awww…” “Aduh… maaf… maaf… sakit, ya??” Janu mengintip wajah gadis yang sudah sah menjadi istrinya. Ah… tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Janu, selain pada akhirnya bisa menjabat tangan Alka—dan mengucapkan ikrar di depan Tuhan. Janji paling besar, yang dia pernah ucapkan sepanjang hidupnya. Yaitu janji untuk mengambil tanggung jawab seorang anak dari Bapaknya. Janji untuk mencintai lebih, dan kurangnya. Janji untuk membahagiakannya.