Januari berkali-kali melirik sepasang anak remaja yang sedang menikmati makanan mereka, sembari sesekali saling melempar senyum. Ia menghela nafas panjang, melihat bagaimana gigihnya cowok yang pernah ia lihat waktu itu—mengambil hati Mekka. “Ini… makan. Udah aku kupasin kulit udangnya,” ucap Rayyan, sembari mendorong piring berisi udang asam manis yang belum Mekka sentuh. Dia memang malas memakan udang yang kulitnya belum telepas. “Terima kasih,” sahut Mekka dengan senyum yang mengembang. Gadis itu kemudian mengambil beberapa potong udang ke dalam piringnya, lalu mulai menyuap. “Enak??” tanya Rayyan, sembari tersenyum lebar. Melihat anggukan kepala sang gadis incaran, cowok itu merasa lega. Senyum tak bisa luntur dari wajahnya. Rayyan bahkan lebih memilih memperhatikan gadisnya makan,