Daffin semakin bertambah kesal melihat senyum yang membingkai wajah Fikri. Bukankah tadi dia bilang sibuk hari ini banyak jadwal padat operasi? Tapi tetap saja datang kemari, malahan dengan membawa Ayu. "Kamu keras kepala sekali Fikri," ucapnya menekan nada kesal. "Bagaimana lagi. Kalau nggak gini kamu nggak akan bisa ditemui." Fikri menjawab dengan santai tanpa rasa berdosa sedikit pun. Sedangkan Ayu hanya diam mendengarkan obrolan dua lelaki tanpa merespons. "Apakah tidak akan ada yang menyuruh kita masuk dan duduk?" ujarnya menatap lembut mata tajam Daffin. Daffin sendiri masih menahan pintu hingga setengah terbuka. Fikri minta sabar dan tak ingin menunggu lebih lama mendorong pintu terbuka lebar. Tanpa dipersilahkan dia masuk ke ruangan bersama Ayu, kemudian duduk berjajar di kurs