Rasanya pedih seseorang membohongi kondisi Levin yang sebenarnya. Tapi dia tahu itu dilakukan demi kebaikan Levin sendiri. Demi kesehatan psikis yang akan berpengaruh pada kesehatan jasmaninya. Joy mencoba untuk menguatkan diri mendengar suara ceria Levin. Entah sampai kapan putranya itu bisa terus ceria? Bayangan bila kelak Levin akan kembali terkapar di brankar tanpa dia bisa berbuat apa-apa menghantam keras hatinya. Bayangan bila suatu saat dia harus mengikhlaskan kepergian putranya, membuatnya terguncang hebat. Dia belum siap bila hal itu terjadi. Hatinya pilu, teramat pilu hingga buliran bening kembali meleleh dari pelupuk mata. "Ibu ... kenapa Ibu diam saja? Ibu masih mendengar perkataanku?" Joy meredam tangisnya yang hampir pecah mendengar suara Levin yang terpancar penuh kebaha