Azan subuh menggema memecah sunyi. Yoga terbangun dari tidur, segera menunaikan salat subuh setelah itu mengguncang tubuh Deni dengan sedikit keras. Deni menatapnya dengan wajah sangat mengantuk. Sebelah matanya terpicing. Lelaki bertubuh gempal itu menatapnya, lalu menatap jam dinding. Matanya langsung menyipit. “Kita harus menyadap karet.” Yoga menyahut sambil duduk di kursi. “Lihat itu masih jam berapa?” Deni menunjuk ke arah jam dinding. “Kita harus berangkat pagi biar pekerjaan kita cepat selesai.” “Aneh. Biasanya kamu tak seperti ini.” Yoga memandang ke arah lain saat tatapannya bertemu dengan mata Deni. Temannya itu tersenyum dengan wajah berubah curiga. “Kamu bisa langsung mendatangi rumahnya.” “Mana bisa? Apa yang akan kukatakan padanya juga ibunya?” Deni tertawa. “Sekar