“Ya. Apa itu? Apa kita akan segera menikah?” tanya Anggun sambil tersenyum. “Bukan. Maaf, Nggun. Aku nggak bisa melanjutkan pertunangan kita. Aku ingin mengakhirinya. Maaf.” Anggun membelalak. Namun, kemudian ia terbahak-bahak. “Abang mau prank aku, ya? Eh, bentar. Coba kuingat-ingat. Ini hari apa, ya? Ulang tahunku? Ah, bukan. Hari jadian kita mungkin?” Altha masih menatap Anggun serius. Ia menggeleng. “Aku serius. Maaf, Anggun. Aku nggak bisa memaksakan hubungan ini. Aku nggak bisa mencintai kamu meskipun sudah berusaha.” Anggun bergeming. Ia lalu meneguk minuman yang ada di depannya. “Tunggu-tunggu! Ini ... ada apa, sih? Maksudnya kenapa mendadak Abang bilang kayak gini?” “Nggun, maaf. Aku memang pria breng*sek. Kamu berhak membenciku. Tapi kalau boleh jujur, sejak awal aku nggak

