“Jangan alay, deh, Dip. Minggir. Aku mau masuk.” Mazida berjalan dari sisi kiri Dipta, tetapi pria itu ikut menghalangi dari sisi yang sama. Ketika berjalan ke sisi kanan, Dipta kembali menghalangi. “Dipta minggir nggak!” bentak Mazida. Ia sudah sangat lelah, dari tadi para pria selalu usil padanya. Tidak Altha, tidak Dipta. Sama saja. “Apa kamu nggak terpesona sedikit pun? Aku sudah berubah lebih keren loh.” Mazida mengembuskan napas panjang. Ia ingin berteriak ‘tidak’ di wajah Dipta, tetapi ditahan. Ia tidak ingin menyinggung perasaan pria ini. “Ya, kamu keren. Sudah puas? Sekarang aku mau masuk. Di tunggu yang lain di dalam,” tutur Mazida lemah. Dipta baru mau menggeser tubuh. Mazida pun berjalan melewatinya. Dipta membalik tubuh, mengiringi tubuh Mazida yang hilang di ruang mekap.

