Mazida hanya menatap Bagas sekilas, kemudian berlalu meninggalkan pria tersebut yang masih berdiri mematung sambil tersenyum. Wanita itu masih sangat lelah dan belum ingin berurusan dengan makhluk bernama laki-laki. “Di saat masih ada hari lain, kenapa juga dia baliknya hari ini?” gumam Mazida lesu. Rini yang justru mendekat dan menekan d*da kiri Bagas dengan telunjuknya. “Lu tuh jadi cowok nggak ada urat malu sedikit pun apa? Setelah apa yang lu lakuin, lu masih bisa bilang kangen? Nggak ngotak lu!” “Rin, lo nggak tahu apa-apa. Mazida sudah gue lamar dan dia memakai cin–“ “Cincin? Dia memang memakai cincin, tapi itu bukan cincin dari lu. Tapi dari orang lain. Cincin lu disimpen di dompet dia. Masih utuh dan baru, nggak pernah dipake sama dia. Gue saksinya.” “Rin, lo jangan–“ “Mana s

