“Terima kasih. Terima kasih untuk semua luka dan kebahagiaan semu yang telah Anda berikan. Saya akui, Anda sangat hebat memainkan peran.” Mazida melepas cincin di jari manisnya, lalu memberikan pada sang mantan suami. Altha menggeleng sambil terus terisak. Ia masih terduduk dengan lutut menopang pada pantai. “Bawalah, Zi. Itu hakmu.” “Saya tidak mau membawa secuil pun barang milik Anda. Kapan-kapan saya izin ke apartemen mengambil barang.” “Zi, aku–“ Altha mendongak, menatap Mazida. Mazida lantas meletakkan cincin yang beberapa bulan tersemat di jari manisnya itu di atas meja. Ketika akan melangkah, Altha mencekal lengannya. “Aku tetap yakin kalau kamulah jodohku sesungguhnya. Aku yakin, perpisahan ini hanya jeda sebentar sebelum nanti kita kembali bersama lagi.” Mazida menepis kasa

