“Nggak akan. Aku nggak akan menceraikanmu. Kamu tenang saja.” Altha mengecup telapak tangan istrinya. “Lama nggak ketemu, kangen banget sama kamu. Tapi sayangnya belum boleh melampiaskan secara brutal.” Mazida tertawa. “Sabar, ya. Setelah semuanya terang, jelas, dan berlabel resmi, aku akan siap.” “Iya ngerti. Kamu tahu kenapa akhir-akhir ini aku kerja begitu keras? Karena aku ingin segera mempersiapkan pernikahan kita.” “Mas, terima kasih banyak. Baru kali ini aku merasa dicintai seorang pria sehebat ini.” “Karena kamu memang pantas mendapatkan ini. Aku sekarang curiga. Saat pacaran dengan Bagas, apa dia nggak memperlakukanmu dengan baik?” “Nggak. B aja dia.” Mazida menyandarkan kepala di lengan Altha. Satu hal yang membuatnya begitu bangga dengan sang suami. Pria itu kuat menahan d

