Mazida mencengkeram kuat plastik obat yang masih dibawanya. Sekuat-kuatnya ia menahan kecewa dan air mata. “Mama ....” Altha menatap Novina sendu. “Mas Altha antar mamanya saja. Aku bisa pulang sendiri.” “Tapi, Sayang–“ “Beneran nggak apa-apa. Ini obatnya. Gih, cepet pulang.” Mazida menyerahkan obat Novina pada Altha sambil tersenyum. “Sayang ....” Mazida menggeleng. “Nggak apa-apa beneran. Aku akan pulang sendiri.” “Tha, ayo.” Suara Novina menginterupsi. “Baiklah. Aku pesankan taksi online dulu buat kamu.” “Mas, aku bisa sendiri.” Altha mengangkat tangan, tanda ia tidak mau ditolak. Pria itu mengoperasikan ponsel, lalu membuka aplikasi dan memesan taksi di sana. “Altha ayo pulang!” Novina kembali menyela. “Iya, bentar, Mama. Nunggu taksinya datang dulu.” “Pinggang Mama keburu

