Mazida masuk rumah. Di sana, masih ada beberapa pelayat berdatangan. Ia pun menemui mereka. “Tidurlah, Zi. Biar Nyak yang menemui kalau ada orang takziah. Kalau ada temanmu atau teman ayahmu, nanti baru Nyak bangunkan.” Tetangga Mazida yang lain menawarkan. “Kasihan kamu sejak semalam nggak tidur.” “Nggak merepotkan?” “Enggak. Sana istirahat dulu. Mumpung belum ada orang lagi.” “Nyak, makasih.” “Iya, sana!” Mazida pun berjalan menuju kamarnya. Ia menyalakan ponsel yang layarnya rusak. Selagi menunggu ponsel siap, ia mencari surat kematian Zamroji. Begitu ponsel siap, ada banyak sekali notifikasi. Entah itu pesan atau panggilan tidak terjawab. Berarti ponselnya masih bisa digunakan. Hanya pelindung layarnya saja yang pecah. Mazida mengabaikannya. Ia justru memfoto surat kematian t