Mazida ditangani para ibu di sana. Ia dibangunkan. Sementara Altha ikut mendekat. Pria itu tidak ikut ke pemakaman karena belum tega membiarkan Mazida sendiri. “Aku ingin ikut ke pemakaman,” ujar Mazida lirih setelah sadar. “Nggak usah, nanti kamu pingsan lagi di sana,” larang seorang tetangga. “Kali ini janji nggak akan pingsan lagi.” “Zi, jangan memaksakan diri. Kalau nggak kuat, jangan ikut. Ayahmu pasti juga nggak akan suka saat penguburannya disaksikan anaknya yang seperti ini.” Altha ikut memberi saran. “Nyak ambilkan sarapan yang dibelikan Altha tadi dulu. Diisi perutnya, biar di pemakaman nanti sedikit kuat.” Tetangga wanita itu berdiri, lalu menuju dapur untuk mengambilkan sarapan. Ia pun segera kembali membawanya. “Nyak suapi ape makan sendiri?” “Makan sendiri saja, Nyak.”