“Saya akan jujur kalau sebenarnya–“ “Tha, sudah gue urus semuanya. Tapi masih nunggu mobil jenazah. Masih dipake buat ngatar jenazah pasien lain.” Arman mendadak datang, memotong ucapan Altha. Arman memelototi Altha. Ia yakin sahabat sekaligus bosnya itu akan jujur kalau merekalah sebenarnya pelaku yang menyebabkan Zamroji celaka sampai ajal menjemput. “Sebenarnya apa?” tanya Mazida lemah. “Ah, nggak jadi. Nanti saja. Waktunya nggak tepat.” Mulut Mazida membentuk huruf o. Ia lalu duduk di samping jenazah sang ayah. Wanita tersebut melantunkan Surat Al-Ikhlas. Arman menyeret lengan Altha agak menjauh. “Lo be*go atau gi*la, hah? Gue tahu lo mau jujur mengenai perbuatan kita, kan?” cecar Arman. Altha mengangguk lemah. “Gue merasa bersalah, Man. Ini semua salah kita.” “Bukan salah kit