Mazida menekuk wajah. Ia mengira Bagas akan ikut datang meskipun mereka sedang marahan, tetapi ternyata pria itu sedang sibuk dengan pekerjaan. “Gue yakin, si Risa itu tahu lu sama Bagas pacaran karena hubungan kalian kan sudah menjadi rahasia umum dan terkenal di kantor. Dan gue yakin dia sengaja mengajak Bagas meeting biar nggak bisa takziah ke sini,” ujar Rini lirih. “Namanya kerjaan pasti jauh lebih penting daripada takziah ke sini, Rin. Biarin ajalah.” Mazida terlihat cuek, tetapi sebenarnya ia kecewa berat. “Lu yang tegas, kek, sama Bagas. Jangan diem aja diinjak-injak kek gini.” “Rin, Mas Bagas bukan lagi anak kecil yang bisa diatur. Dia punya pekerjaan dan dia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya itu. Dan untuk saat ini, gue harus sabar dan percaya sama dia.” “Jangan ter

