Tito langsung mendekat. Sementara Altha mendorong kasar tubuh Anggun sampai wanita itu limbung. Pria itu berdiri gugup. “Seperti ini kelakuanmu di ruang kerja, hah!” bentak Tito. “Pa, ini nggak seperti yang–“ “Nggak seperti yang Papa lihat? Kamu mau berkilah itu tadi bukan ciuman? Kamu pikir Papa anak kecil yang nggak tahu itu ciuman atau bukan?” Altha menyugar rambut frustrasi. “Nggun, jelaskan ke Papa kalau tadi itu–“ “Iya, Om. Kami berciuman. Kami masih saling cinta.” Tito geleng-geleng dengan kelakuan sang putra. “Bohong! Omong kosong apa itu! Nggun, jangan buat kesabaranku habis! Aku selama ini masih baik sama kamu bukan berarti masih cinta! Kamu ini ditolong bukan malah berterima kasih malah menikam dari belakang!” bentak Altha. “Om, bahkan Bang Altha sempat ingin–“ “Keluar

