“Aku tahu Mas Altha sangat tersiksa. Aku egois, aku akui itu. Tapi bukankah kita sudah sepakat dan Mas sanggup? Mas, maaf. Aku melakukan ini demi melindungi diriku sendiri. Kedengarannya memang jahat, tapi kumohon mengertilah. Tolong maafkan aku.” Mazida menunduk, merasa bersalah. Kalau sudah seperti ini, Altha pun tidak sampai hati memaksa. Perkara ibadah satu itu, harus dilakukan atas dasar suka sama suka. “Sebenernya aku pun juga pengen, Mas. Saat Mas Altha nyentuh aku, nyium aku, kuakui aku pun berhasr*t dan ingin menyerahkan diriku. Tapi semua itu berisiko hamil. Sebab perkara anak, bukan hanya tentang hasr*t dan cinta. Tapi lebih dari itu. Ada tanggung jawab besar dan kesiapan matang.” Altha sebenarnya bisa bermain bersih tanpa meninggalkan benih. Hanya saja, sekali lagi ia tidak

