“Apa!” pekik Altha. Ia melihat ke bawah kaki sang istri. Benar, ada cairan. Tanpa banyak kata, Altha langsung menggotong istrinya pulang. “Sakit banget, ya, Sayang?” tanya Altha sambil berjalan. “Belum terlalu sih. Cuma kenceng-kenceng.” Altha berjalan cepat dengan sang istri ada di kedua lengan. “Sabar, ya. Kita segera ke rumah sakit.” “Iya, tapi jalannya jangan cepet-cepet, hati-hati aja. Nanti malah jatuh gimana?” Altha tidak peduli. Sebagai pengalaman pertama, jelas ia sangat khawatir berlebihan. Sebab bayangan kematian anak Risa selalu menjadi momok untuknya. Begitu tiba di rumah, Mazida didudukkan di kursi teras. “Kamu di sini dulu. Aku ambil tas dan kunci mobil.” Mazida mengangguk. Sejak kehamilan sudah menginjak sembilan bulan, Mazida mulai menata barang-barang dan keperl

