Gia duduk nyaman di sofa, meski pikirannya berkabut. Zio sibuk memeriksa laporan pendapatan mingguan restoran, ekspresinya serius namun tetap sesekali melirik Gia. “Aku suka kamu nemenin aku kerja begini,” kata Zio tanpa mengangkat kepala. Gia tersenyum kecil. “Aku juga suka lihat kamu fokus begitu.” Zio meraih beberapa dokumen fisik, menandatangani beberapa, lalu membuka grafik pendapatan di tablet. “Resto stabil. Pendapatan naik. Pengeluaran dapur juga aman.” Gia memperhatikan sosok suaminya dengan bangga, tapi pikirannya terus mengulang momen di kitchen. Tatapan Romy. Meski ia mencoba mengabaikan, tetap ada rasa getir yang muncul di dadanya. Zio kembali menutup laporan. “Sudah. Tinggal nunggu opening restoran baru, dan sisanya jalan.” Gia memaksakan senyum. “Bagus ya, mas.” Zio

