Caca menatap penampilannya di kaca besar yang menempel di dinding lemari kamar yang dia pakai. Dia tersenyum melihat bayangan tubuhnya di sana yang sekarang memakai lingerie warna pink. Namanya juga lingerie, kan? Nerawang, seperti tak memakai baju. Yang tertutup hanya dibagian dua bulatan d**a bagian pucuk dan pertigaan jalan sana saja. Warna merah keunguan bekas bibir Va’as yang kemarin malam dan semalam pun masih bisa dilihat di bagian atas dadanya sana. Pelan Caca mengusap bekas bibbir itu, lalu tersenyum mengingat seperti apa Va’as saat menciptakannya. Dia memejamkan kedua mata, nafasnya mulai memburu dengan tangan yang mengepal. Fantasinya meracuni pikiran. “Astaga! Aku sudah gila!” umpatnya pada diri sendiri. Caca melepaskan kain tipis itu, melemparkannya ke kursi rias dan menga