Semakin hari Reza semakin sibuk dan selalu pulang terlambat. Rafa menjadi uring-uringan karena tidak bisa bermain dengan Reza. Mereka hanya bertemu sebentar saat sarapan pagi. “Papa masih belum pulang, Ma?” tanya Rafa, bersandar pada lengan Rani yang sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan lesu. “Belum, Sayang. Mungkin sebentar lagi Papa pulang,” jawab Rani, mengusap rambut Rafa secara perlahan. “Dali tadi sebental telus, Ma. Aku udah ngantuk mau main sama Papa,” timpal Rafa, mendongak menatap Rani dengan raut wajah cemberut. “Kalau Rafa udah ngantuk ya tidur, Nak,” kata Rani, menyarankan. “Ndak mau tidul, Ma. Aku mau menunggu Papa pulang,” tolak Rafa dengan nada merengek. Rani menghela napas panjang. Sejak tadi Rafa sudah mengantuk. Rani sudah memintanya untuk tidur, tapi R