Rahel POV. Aku terpaku ketika Papahnya Pian mengatakan kalimat hebat itu padaku. Iya, kalimat hebat. Karena orang yang membenci kita tidak akan pernah mau mengatakan terima kasih, meski pun kata itu hanya sebagai kebohongan. Dan yang aku lihat saat ini adalah sebuah keutulusan dan permintaan yang sangat ikhlas. Aku sejak awal tidak pernah membencinya. Meski pun mereka pernah mengusirku dan mempermalukanku waktu itu. Namun tetap saja, bagiku mereka adalah orang tua yang harus tetap aku hormati. "Sama sama, Pah." ku genggam tangannya dengan erat. "Papah istirahat ya, karena beberapa jam lagi papah akan operasi." Dia mengangguk lembut. "Terima kasih." ucapnya lagi. "Kamu enggak marah kan sama papah?" tanya nya lagi dengan begitu berat. Dia pasti kesakitan dan shock sekali. "Rahel engg