Amber sudah tidak sabar menanti sore. Pikirannya sudah dipenuhi oleh Darren. Rasa-rasanya, dia ingin semua pekerjaannya bisa selesai dalam hitungan detik. Apa daya itu tidak akan mungkin. Akhirnya, selama bekerja, Amber beberapa kali melirik jam besar di dinding kantor. Dalam satu jam, dia bisa sepuluh kali meliriknya, berharap jarum berjalan cepat menuju angka empat. Semakin dekat jarum dengan angka empat, semakin berdebar jantung Amber. bibirnya berkedut karena terus menahan senyum. Mama Alex dan Ana itu seakan lupa dengan kesedihan dan air mata yang dia tumpahkan kemarin. Karena jarum jam tidak juga menuju angka empat, Amber merasa lelah. Dia memutuskan untuk lebih fokus ke pekerjaan daripada matanya capek terus melirik ke arah jam. Siapa sangka saat dia tengah berkonsentrasi, Reno m