“Honey, aku harus mengangkat panggilan ini. Kamu lanjutkan dulu sarapanmu.” Darren menunjukkan layar ponselnya. Amber bisa melihat nama Edwin di sana. Wanita itupun mengangguk. Kemudian, dia kembali sibuk sarapan dengan Alex dan Ana. Suasana rumah makan pagi ini tidak seramai biasanya. Mungkin karena ini adalah sarapan terakhir mereka, jadi para tamu lebih suka menghabiskan sarapan di dalam kamar. Dalam satu jam ke depan, kapal akan bersandar di Tanjung Priok. Amber rasanya begitu bahagia. Dia tidak akan pernah melupakan apa saja yang sudah dia lewati di kapal pesiar mewah ini, sebuah momen yang tidak pernah terlintas dalam benaknya. Darren berdiri di dekat jendela tidak jauh dari mejanya. Satu tangannya memegang ponsel dan satu lagi dimasukkannya ke dalam saku. Matanya menatap lurus k