Pagi harinya, Amber bangun dengan semangat luar biasa tinggi. Senyum tidak lepas dari bibirnya. Sesekali, dia bersenandung. Matanya yang keemasan tampak lebih jernih dan bersinar. “Sepertinya ada yang sedang berbahagia.” Elena menyenggol lengan Amber. Ibu dua anak yang sedang memilih sepatu itu menoleh. “Siapa?” Elena memutar matanya. “Memangnya siapa lagi?” “Aku?” Amber menunjuk dirinya sendiri. “Apa iya?” “Ck! Seharusnya semalam aku merekamnya agar kau selalu ingat. Apa perlu aku tunjukkan bagaimana dekatnya wajah kalian di sofa itu?” Elena menunjuk sofa tempat Amber dan Darren semalam hampir kebablasan. Wajah Amber sontak memerah. Matanya membesar. “Hei, sudah! Jangan diteruskan!” Elena terkekeh. Mereka berdua pun berjalan keluar bersama. Alex dan Ana sudah menunggu Elena di dal