Tidak ada satupun orang yang tidak melirik saat Darren memasuki gedung kantor. Seramai apapun lobi, semua kaki akan menyingkir begitu Darren melewati pintu masuk. Dengan hidung yang tinggi dan lancip, garis rahang yang tegas, ditambah dengan mata hitam yang menawan membuat semua orang enggan berkedip. “Kau sudah memberi tahu Pak Ilham atau Bu Evi?” tanya Darren begitu pintu lift tertutup. Edwin menggeleng. “Sesuai perintah Anda, Tuan.” Darren mengangguk samar. Dia memang ingin tahu bagaimana reaksi karyawannya jika dia sedang tidak di tempat. Wajahnya memang datar tanpa ekspresi, tapi sebenarnya dia sangat penasaran. Selain itu, sebentar lagi dia bisa berteu dengan wanita yang berani mengomelinya di telepon. Jika mereka bertemu secara langsung, apa wanita itu berani melakukannya? Darren