“Katakan saja di mana kamu tinggal, aku akan mengantarmu,” tawar Malvin ketika Livia berniat pulang karena urusan mendesak.
“Tidak perlu, Tuan Barnett. Lagi pula, apakah Anda masih perlu bertanya seperti itu setelah membaca identitas saya? Saya rasa Anda pasti telah mengetahuinya juga, bukan? Untuk apa berpura-pura lagi?” sinis Livia dingin, menyipitkan mata tajam ke arahnya.
Saat ini, mereka berdua sedang berada di salah satu balkon rumah sakit, berbicara berdua membahas kalau Livia ingin pulang lebih cepat dan harus mengerjakan sesuatu yang penting.
Mendengar sindirannya, Malvin mendengus dingin dengan wajah tenang miliknya. “Tidak ada salahnya basa-basi untuk menghangatkan suasana, bukan? Lagi pula, tadi di ruangan itu kamu terlihat sangat peduli kepada nenek Mario. Tidak sangka kamu
