BAB 02 - Masih Perawan?

1010 Kata
Dari sekian banyak kemungkinan, hanya itu yang paling masuk akal. Ya, jam terbang tinggi dan mungkin pengalaman wanita itu sudah banyak sekali. Tak ayal, ketika terjun ke lapangan dia bahkan sulit diimbangi. Hanya dalam waktu sekejap, Wanita itu tiba-tiba mendorong tubuh Fabian ke atas tempat tidur dengan sedikit kasar. "Wow!! Kamu benar-benar totalitas ya." Menarik sekali, Fabian yang memang belum pernah bercinta sekalipun sudah menikah pasrah begitu saja. Dia mempersilakan wanita itu hendak berbuat apa pada dirinya. Tak peduli sekalipun wanita itu mungkin menggunakan bantuan alkohol dan obat perangs4ng demi membuatnya semakin menggila agar pelanggannya puas, Fabian hanya menikmati keuntungan dari jasa yang disediakan. Ciuman panas dan juga ganas dari wanita itu cukup membuat Fabian kewalahan pada awalnya, tapi dia tetap mampu mengimbangi wanita yang dia duga memang mabuk berat itu. Wanita itu memang tidak mengatakan apa-apa, mulutnya diam tapi tubuhnya terus meliuk-liuk hingga Fabian benar-benar tak tahan. Fabian yang awalnya pasrah kini juga ingin mengendalikan keadaan dan menguasai permainan. Dalam waktu sekejap, Fabian mengubah posisi dan menempatkan wanita itu di bawah kungkungannya. Dengan posisi ini, Fabian bisa melihat dengan jelas seberapa cantik wanita pilihan Mohan. "Cantik, dia cantik sekali," gumam Fabian memuji kecantikan wanita itu dalam hati. "Tapi kenapa salah jalan begini?" Tak hanya sekadar memuji, Fabian juga menyayangkan jalan yang wanita itu pilih. Melihat dari tampangnya sama sekali tidak ada tanda-tanda wanita nakal. Dia terlihat polos, baik dan mata sendunya menyiratkan kehangatan di sana. Akan tetapi, Fabian tidak punya waktu banyak untuk memikirkan banyak hal, bisa saja terhimpit keadaan atau semacamnya seperti alasan PSK yang lain. Terlebih lagi, tubuh mulus wanita yang telah membuka pakaiannya sendiri tadi terus meliuk-liuk seolah minta segera disentuh. Jelas hal itu membuat Fabian gelap mata dan melanjutkan aksinya. Kecupan kini mendarat tepat di wajah, bibir, leher dan turun ke d**a secara bergantian. Tangannya juga tak hanya diam, mulai bergerilya di tubuh seksi wanita cantik itu. Tidak ada rasa jijik sekalipun wanita itu sudah dijamah puluhan atau mungkin ratusan pria, Fabian benar-benar menikmati permainan ini. "Euungh ...." Sedari tadi dia hanya diam, kini telinga Fabian mendengar desahan manja dari bibirnya hingga tubuh pria itu kian memanas tentu saja. Tak puas hanya mendengar desahan pelan saja, Fabian kembali memperdalam aksinya. Sengaja dia bermain tepat di da-da wanita itu hingga tak hanya desahan tertahan, tapi rintihan menggila minta dijamah Fabian dengar juga. Sungguh Fabian tidak menyangka, adegan yang hanya bisa dia saksikan sembari bersabar menunggu istrinya bersedia disentuh akan dia praktikkan dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali tidak dia kenal, hanya sebatas nama itu pun tak begitu Fabian ingat karena baginya tidak penting. Kembali ke tujuan utamanya, dia ingin menghabiskan malam bersama wanita bernama Claudia ini. Persetan sekalipun dia mengkhianati janji yang mana selalu mengatakan malam pertamanya untuk istri. Fabian sudah sabar menunggu, tapi tak kunjung Sadira berikan hingga pernikahan mereka kandas. Sampai akhirnya, Fabian memilih melakukan malam pertamanya bersama wanita asing. Ya, dia memang belum pernah menyentuh seorang wanita sekalipun sudah kepala tiga dan statusnya kini resmi disebut duda. Semua terjadi karena keteguhan prinsip Fabian, tapi dunia tidak sesuai dengan ekspektasinya. Sejenak Fabian melupakan tentang prinsip hidup atau semacamnya, dia kini fokus mengambil posisi untuk menyatukan tubuhnya. Jantung Fabian berdegup tak karu-karuan, wanita yang sudah lemas di bawahnya tampak pasrah saja hingga kembali melenguh tatkala Fabian mendorong tubuhnya. "Aaaaaah ...." Fabian merasakan ini sulit, dia berpikir ini adalah pengalaman pertama baginya jadi wajar gugup. Tak ingin jika wanita yang kini dia gagahi sadar akan hal itu, Fabian kemudian menghentakkan tubuhnya hingga jeritan tertahan kini dia dengar dengan begitu jelasnya. Wanita itu menutup mulut, matanya terpejam hingga Fabian nyaris mencibirnya lantaran wanita itu tampak kesakitan seolah masih perawan. “Kenapa? Kamu belum pernah merasakan yang sebesar ini sebelumnya?" tanya Fabian disertai senyum tipis, dia tengah berbangga diri sekaligus merendahkan tamu Claudia yang lain. Tak menjawab, wanita itu hanya menarik napas panjang sebelum kemudian mengalungkan tangannya di leher Fabian. Seolah kode keras yang dia berikan agar Fabian segera melanjutkan permainan yang tengah mereka alami. Tanpa membuang waktu, Fabian segera memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Mengingat wanita ini memang dibayar untuk memuaskan dirinya dan jelas saja Fabian tidak akan hanya berdiam diri di atasnya seraya memandangi wajah cantik Claudia. . . "Ah ini sangat nikmat, dan aku menginginkan ini sejak lama." Fabian meracau tak henti-hentinya tatkala merasakan indahnya surga dunia. Bercinta tanpa melibatkan perasaan dan tidak terikat pernikahan ternyata memang sesuatu yang menyenangkan seperti kata teman-temannya. Desahan dan rintihan kenikmatan bersatu dalam kamar itu, Fabian benar-benar menuntaskan rasa haus dan penasarannya terhadap surga dunia yang sebelumnya hanya dia dengar dan cerita orang-orang saja. Tak disangka bahwa akan seperti ini, sebuah kenikmatan yang membuatnya menggila tatkala menembus nirwana. Meski pada akhirnya memang dia yang mendominasi dalam permainan ini dan Claudia berakhir pasrah setelah Fabian buat meraih puncak berkali-kali, Fabian tetap puas dan sama sekali tidak merasa rugi. Hingga, gelora dalam dirinya itu redam dengan sendirinya dan berakhir ambruk di atas tubuh wanita itu. Dengan napas terengah-engah, Fabian tidak punya tenaga untuk melakukan hal lain selain memejamkan mata. Untuk pertama kalinya, Fabian tidur nyenyak karena terlalu lelah. Saking lelahnya, sewaktu terjaga Fabian saat matahari sudah meninggi dan bias cahayanya menembus tirai kamar. Mata Fabian memicing, dia berusaha memahami situasi dan perlahan terbangun. Sebelum melakukan hal lain, Fabian merenggangkan otot-ototnya dan baru setelah itu Fabian menatap sekeliling. Wanita yang tadi malam tidak lagi berada bersamanya, Fabian mendapati bahwa dirinya sendirian saat ini. Dan, dia tidak peduli karena tidak punya kepentingan juga. Toh sudah dibayar dengan harga yang sesuai oleh Mohan hingga Fabian merasa tidak ada yang perlu dipikirkan. "Ah sepertinya aku harus ke rumah sakit setelah ini ... mimpi apa aku sampai menghabiskan malam bersama seorang pelac-heum?" Ucapan Fabian terhenti, matanya tertuju pada sesuatu yang tampak aneh di atas tempat tidur pasca dirinya menyibak selimut. Tangannya perlahan terulur, dia menajamkan matanya dan berbagai pertanyaan mulai terbesit di kepalanya. "Darah?" Fabian bergumam, tampak tidak begitu yakin tapi yang dia lihat sangat nyata. Noda merah kehitaman itu jelas tertinggal tepat di posisi Claudia tidur semalam. "Bagaimana bisa dia meninggalkan noda darah? Apa mungkin masih perawan?" . . - To Be Continued -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN