"Bisa, Pak. Sebenarnya saya mau berterima kasih sama Bapak juga. Gini aja gimana kalau makan malam ini saya yang traktir?" Kirana merasa harus membalas bantuan dari Agus.
"Oh, boleh, tapi saya boleh pilih sendiri kan restorannya? Kebetulan teman saya ada yang punya restoran, makanannya enak-enak, gimana kalau kita makan di sana aja?" Agus memberikan usul pada Kirana.
"Asal jangan mahal-mahal ya, Pak. Harap maklum aja, saya belum terima gaji."
"Ok, kamu tenang aja, kalau enggak sesuai budget kamu, nanti saya yang nambahin."
"Wah, terima kasih banyak, Pak. Ok kalau gitu sampai ketemu pulang kerja nanti." Tidak ada sedikit pun rasa curiga Kirana pada Agus. Walaupun tadi dia sudah mendapat peringatan dari Ryan. Sepertinya Kirana mengabaikan Ryan.
"Iya. Saya mau ke ruangan pak Ryan dulu, sudah ditunggu. Ketemu di parkiran aja, ya?"
Kirana menganggukkan kepala tanda setuju. Dia pun pergi menuju ruangan kerjanya untuk meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda karena dipanggil Ryan ke ruangannya.
"Setelah makan malam ini aku udah enggak ada utang sama pak Agus lagi," batin Kirana sambil berjalan ke ruangannya.
***
Pada sore hari jam pulang kantor, Kirana bergegas ke parkiran kantor. Dia berjalan cepat menuju parkiran. Namun, Agus belum ada di sana. Dia putuskan untuk menunggu pria itu sambil duduk di motornya. Ekspresi wajah Kirana berubah kesal saat melihat sosok yang sangat tidak ingin dia lihat berjalan ke arahnya. Perempuan itu menunjukkan sikap tidak peduli saat pria itu berdiri tepat di hadapannya.
"Nungguin apa?" tanya pria itu pada Kirana.
"Yang jelas enggak nungguin Bapak." Kirana melipat kedua tangan depan d**a dan bersikap cuek pada Ryan.
"Jadi jalan sama Agus? Kamu enggak takut terjadi sesuatu sama kamu?" Ryan menatap Kirana penuh selidik.
"Bapak tuh kepo banget sih? Emang enggak ada kerjaan lain, Pak? Emang apa urusannya Bapak dengan urusan pribadi saya? Saya mau pulang atau jalan kan suka-suka saya." Kirana bicara dengan ketus.
"Saya enggak kepo, cuma mau ngingetin kamu aja supaya hati-hati sama Agus. Saya udah tahu belangnya dia gimana."
"Ngingetin kata Bapak? Eh, Pak denger ya, Bapak enggak usah capek-capek ngingetin saya, saya ini udah gede, udah tahu mana yang baik dan buruk buat saya sendiri. Lagian apa salahnya saya makan malam sama pak Agus? Ini tuh cuma makan malam aja. Masa iya pak Agus punya niat jahat sama saya? Itu enggak mungkin banget. Kalau Bapak sih selalu jahat sama saya."
"Tapi kali ini saya enggak ada niat jahat sama kamu. Saya enggak mau kamu nyesel setelah bertemu Agus malam ini." Ryan seketika menyesal karena telah membuat ban motor Kirana kempes dan meninggalkan Kirana sehingga perempuan itu malah mendapat bantuan dari Agus. Seandainya dia tidak melakukan itu atau mengantar Kirana pulang, pasti malam ini dia tidak akan pergi makan malam bersama Agus.
"Simpan saja niat baik Bapak. Saya enggak akan membatalkan rencana saya pergi sama pak Agus."
"Terserah kamu deh! Yang jelas tidak ada penyesalan saya di kemudian hari karena saya sudah memberitahu kamu." Ryan pergi meninggalkan Kirana. Dia berjalan menuju mobilnya dengan perasaan kesal karena Kirana tidak mau mendengarkannya.
Beberapa saat kemudian Agus datang menghampiri Kirana. Kemudian dia mengajak perempuan itu menuju restoran temannya untuk makan malam. Mereka menuju restoran dengan mobil Agus.
***
Tiba di restoran, Agus mengajak Kirana masuk. Keduanya berjalan di dalam restoran yang didatangi banyak orang karena sebentar lagi masuk jam makan malam.
Agus memilih satu meja kosong dan mengajak Kirana duduk di sana. Agus memanggil pelayan restoran untuk memesan menu makan malam. Dia memilih beberapa menu yang direkomendasikan oleh pihak restoran. Kirana setuju. Pelayan sudah mencatat semua pesanan dan meminta keduanya menunggu.
"Kalau saya lihat harga makanannya, saya masih bisa bayarin semua makanan yang dipesan malam ini."
"Kamu yakin? Mau dibagi dua atau saya yang bayar semuanya juga enggak masalah."
"Jangan, Pak. Saya mau balas budi sama Bapak dengan mengajak makan malam ini. Kalau Bapak yang bayar artinya rencana saya balas budi jadi gagal dong."
"Enggak apa-apa. Lain kali aja balas budinya supaya kita bisa terus makan malam berdua kayak gini."
Kirana tersenyum. Bukannya merasa terganggu dia merasa senang dengan penerimaan baik dari Agus.
"Jangan sering-sering ya, Pak. Nanti Bapak bisa bangkrut."
Agus tertawa mendengar ucapan Kirana. Kirana pun ikut tertawa. Mereka jadi tertawa bersama.
Tak lama kemudian, pelayan restoran datang mengantar pesanan mereka. Dalam waktu singkat meja itu sudah dipenuhi banyak makanan setelah pelayan restoran menyajikan semua makanan.
"Ayo makan! Habiskan semua, ya." Agus mengajak Kirana menghabiskan semua makanan di meja.
Kirana senang melihat banyak makanan. Dia sampai kebingungan memilih menu yang akan dia makan duluan. "Makan apa dulu ya, Pak?" Kirana meminta saran pada Agus.
"Hmm ... coba spaghetti-nya dulu."
Kirana setuju. Dia mengambil beberapa sendok spaghetti dan dia letakkan di piring. "Wah, ini enak banget. Rekomendasi Pak Agus enggak salah." Kirana melanjutkan makan malam sampai semua makanan di meja tandas.
Kemudian pelayan restoran datang lagi membawa dua gelas minuman. "Ini gratis dari pemilik restoran untuk Pak Agus sebagai ucapan terima kasih karena telah memilih restoran ini untuk menikmati hidangan makan malam."
"Terima kasih untuk minumannya, boleh saya habiskan?" Kirana bertanya pada pelayan restoran.
"Silakan. Selamat menikmati."
Pelayan restoran kembali ke dapur.
"Apa nama minuman ini, Pak? Sekilas terlihat seperti jus buah. Apa ini jus?"
"Iya, tapi ada campuran lain, seperti soda agar minuman ini lebih enak."
"Wah, kayaknya enak nih." Kirana minum minuman itu sampai habis karena terasa enak dia rasakan.
Beberapa menit setelah minum Kirana merasakan kepalanya mulai sakit. Dia memijat pelipis untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya. Agus menunggu dengan sabar reaksi dari minuman itu pada Kirana. Pria itu berbohong pada Kirana. Minuman yang diberikan pada perempuan itu adalah jus yang dicampur soda, alkohol dan obat perangsang. Dia sudah tidak sabar untuk menunggu reaksi obat dan siap untuk menghabiskan malam bersama Kirana.
Tiba-tiba saja seorang pria memukul Agus sampai jatuh tersungkur di lantai. Tidak sampai di situ, pria itu juga memberi pelajaran pada Agus di bagian wajah yang meninggal lebam-lebam di sana. Melihat Agus lemas dan menyerah, pria itu membawa Kirana pergi meninggalkan restoran menuju mobilnya.
Dia bantu Kirana masuk mobil. Duduk di kursi penumpang depan. Pria itu juga memasangkan sabuk pengaman. Kemudian dia lajukan mobil menuju jalanan.
"Kamu tuh sudah dikasih tahu tapi enggak dengerin omongan saya. Jadinya begini, kan. Apa yang kamu minum barusan? Bukan n*****a, kan?" Ryan sangat khawatir pada kondisi Kirana. Pria itu memang takut terjadi sesuatu pada Kirana sehingga mengikuti mobil Agus sampai restoran dan ikut masuk untuk mengawasi Kirana.
Perempuan itu senyum-senyum sendiri. Setengah dari kesadarannya mulai hilang. Tanpa rasa malu dan canggung dia mulai mengganggu Ryan yang sedang menyetir mobil. Kirana menyentuh wajah Ryan turun ke leher terus memegangi d**a bidang pria itu. Ryan mulai merasa geli dan terganggu dengan sentuhan dari Kirana.
"Jangan-jangan Agus masukin obat perangsang dalam minuman kamu, ya?"
"Pak, saya AC mobil Bapak kayaknya kurang dingin, saya kok kepanasan ya?"
Ryan menyadari ada yang tidak beres dengan Kirana. Perjalanan ke rumahnya masih jauh dan dia tidak tahu tempat tinggal Kirana di mana. Akhirnya dia belokan mobil masuk ke parkiran hotel terdekat.
"Dengar Kirana, aku tahu ini salah, tapi daripada aku mendengar cerita buruk tentang kamu karena perbuatan Agus, lebih baik aku yang mengambil tindakan."
Ryan membantu Kirana turun dari mobil, membawa perempuan itu masuk lobi hotel. Pria itu memesan satu kamar di meja resepsionis. Kemudian dia juga membantu Kirana berjalan menuju kamar hotel sambil terus menerima perlakuan aneh dari Kirana sebagai efek dari obat perangsang.
Tiba di depan kamar hotel, Ryan membuka itu dengan kartu khusus. Keduanya masuk hotel bersamaan, membuka alas kaki. Tak lama kemudian Kirana menarik lengan Ryan, mengajaknya menuju ranjang. Dia dorong tubuh berbaring di ranjang pria itu setelah sampai di tepiannya.
"Aku rela menjadi pelampiasanmu malam ini, Kirana."