“Tunggu!” seru Farel. “Ada apa?” Farel memegang tangan Je hingga langkah Je terhenti. “Duduk sini dulu!” Farel menarik tangan Je hingga tubuh Je terseret dan terduduk di kursi sesuai kehendak Farel. “Lo kenapa maksa gue gini?” “Maksa dikit.” Farel tersenyum dan duduk di sisi Je. Cara Je menghindarinya membuatnya penasaran setengah mati. Jika saja ia mendapatkan nomer ponsel Je, tentu ia tidak akan kesulitan untuk melepas kangen dengan mendengar suara gadis itu. “Ya tapi gue nggak suka dipaksa,” ucap Je dengan penuh kehati-hatian supaya Farel tidak tersinggung. “Maaf.” Je ingat pesan Justin supaya tetap diam di belakang rumah, tapi nyatanya ia malah berada di sana saat itu. Jika bukan karena kebelet buang air kecil, tentu ia tidak akan pergi ke toilet tadi. “Ya udah, kita nga