Aku tersenyum, melangkah mendahului Alyan “sok tahu, memang kamu punya kemampuan membaca pikiran orang lain?” Alyan tak berniat mau menanggapi, hendak mendahuluiku tetapi aku menghalangi jalannya. “Jika memang kamu punya kemampuan bisa baca pikiran, coba katakan apa yang aku pikirkan sekarang?” Mata Alyan menatap datar kemudian menghela napas, “aku tidak bisa melakukannya. Cari saja orang lain yang punya kemampuan seperti itu.” Dia akhirnya berhasil melewati diriku, tapi aku tetap mengikuti sambil melihat-lihat rumah Alyan yang nyaman, tertata rapi dan sepi. “Tidak ada siapa pun? Di rumah kamu melakukan semua sendiri?” aku merasa berbeda. Di rumah suasana lebih ramai karena ada beberapa pekerja. “Aku tidak suka banyak orang di rumah. Butuh privasi. Ada pun yang kerja hanya data