“Kamu meninggalkan kekasihmu hanya untuk menyusulku dan meminta maaf?” tanyaku setelah berhasil menguasai diri. Untuk terlihat tenang. Aku tetap membuka pintu, meletakan tas belanjaan juga tasku. Aku menyadari jika tatapan Alyan masih tertuju pada diriku, aku kembali menghadapnya. Berdiri di antara pintu yang terbuka. Alyan tidak menjawab kalimatku yang bernada dingin. Aku benar-benar panas melihat dia bersama wanita tadi. “Jika memang kamu ingin minta maaf, kenapa tadi kamu tidak menegurku di depan kekasihmu? Ouch, tentu.. kamu tidak mau memperkenalkan aku. Kamu yang meminta kita untuk bersikap asing bila bertemu. Itu yang aku lakukan, tapi kamu malah mengikutiku sampai di sini. Sudahlah.” Aku mengibaskan tangan, bersikap sok jual mahal setelah sebelumnya Alyan menyebutku bersikap ‘