Wajah wanita itu terlihat pucat, pun jalannya begitu lunglai seolah tidak memiliki tenaga setelah bekerja keras sejak pagi. Helaan napasnya pun terdengar berat seolah sedang menanggung beban derita. Dan kenyataannya seperti itu. “Cepet, anjingg! Lelet banget, si, lo!” Bahunya ditabrak keras, hingga membuat nampan makan siangnya hampir jatuh jika dia tidak mampu menjaga baik-baik keseimbangan tubuhnya. ”Bangsatt lo.” Balasnya penuh geraman meski suaranya kalah keras dibanding wanita yang sudah berjalan mendahului di depannya. Aida menatap penuh marah dan benci pada sosok yang tadi menabraknya dengan sengaja. Sosok yang dulu sangat dekat sampai dia anggap kakak, kini justru menjadi orang yang sangat jahat dengan memusuhinya, menghasut teman satu sel mereka untuk mem-bully-nya.

